JEPANG, POSKOTA.CO.ID - Yen telah mencapai level terendah dalam 20 tahun terakhir terhadap dolar, penurunan sebanyak lebih dari 18 persen sejak September lalu yang telah membuat bisnis Jepang kalang kabut.
Dilansir dari The New York Times (11/5/2022), sementara inflasi secara keseluruhan tetap masih tetap sama seperti sebelumnya, biaya makanan dan energi meningkat dengan cepat - bukan sebagai akibat dari meningkatnya permintaan, tetapi dari gejolak pasar yang terkait dengan COVID-19 dan invasi Rusia ke Ukraina.
Kedua hal tersebut yang membebani ekonomi Jepang, yang terbesar ketiga di dunia, sementara negara itu mengikuti yang lain dalam pemulihannya dari pandemi.
Untuk Jepang yang miskin sumber daya, yang sangat bergantung pada bahan bakar dan makanan impor, penurunan Yen telah menaikkan harga dan menakuti konsumen yang terbiasa dengan stabilitas selama beberapa dekade.
Jepang telah lama mengejar inflasi yang lebih kuat dan Yen yang lebih lemah, upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya yang lemah secara kronis. Sekarang telah mendapatkan apa yang diinginkan para ekonom - hanya saja tidak seperti yang mereka harapkan.
Perdana Menteri Fumio Kishida telah mengabaikan saran bahwa Bank of Japan harus menaikkan suku bunga. Sebaliknya, ia telah berusaha untuk memerangi kenaikan harga dengan lebih banyak rencana yang lain. (Dwi Aprilia)
