"Tidak ada yang tahu apakah pemain mengetahui wanita itu transgender, tapi dia putus asa untuk tetap diam begitu pemeras mengancam akan mengekspos dia," jelas seorang sumber kepada media tersebut. Serba salah dia.
Dia telah menyerahkan uang kepada pemeras, dia berikan tidak langsung cash tapi dalam beberapa kesempatan. Pemeras terus menekan. Maka, karena jengkel, ia lapor ke polisi.
"Dia menyerahkan uang tunai pada beberapa kesempatan sebelum menyadari bahwa satu-satunya cara untuk menghentikan situasi adalah dengan pergi ke polisi.
Polisi pun bertindak mencari barang bukti. Tapi, tetap saja pikiran pemain bola itu kalang kabut. Di benaknya takut namanya tercoreng dan dilecehkan fans karena kasus dengan wanita transeksual.
"Mereka ingin mengumpulkan bukti karena pemerasan adalah kejahatan serius, tetapi pesepakbola itu benar-benar khawatir namanya akan keluar dan itu akan menyebabkan dia dilecehkan oleh penggemar," kata sumber itu.
Ternyata, dia tetap tak mau memberikan barang bukti. Dan dia mencoba memilih diam, tak menuruti permintaan polisi.
"Dia hanya ingin menguburnya sehingga, terlepas dari upaya petugas, dia menolak untuk bekerja sama," lanjutnya.
Tapi ini membuat polisi mencari jalan sendiri untuk menyelidiki plot pemerasan tanpa korban, pemain itu tidak dimintai barang bukti.
"Mereka perlu melihat pesan ponselnya dan juga transfer bank, jadi mereka tidak punya pilihan selain dengan enggan membatalkan kasusnya," tutur sumber. (*/win)