Romantika Kehidupan Seorang Porter Terminal Bus Kampung Rambutan, Bersaing dengan Porter Gadungan

Minggu 08 Mei 2022, 23:59 WIB
Warji Bin Sanadi (40), salah seorang porter di Terminal Bus Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Minggu (8/5/2022). (Foto: ardhi) 

Warji Bin Sanadi (40), salah seorang porter di Terminal Bus Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Minggu (8/5/2022). (Foto: ardhi) 


"Setelah adanya pandemi ini agak susah dapat pelanggan, kalau dulu sebelum pandemi bisa 20 kali panggulan ya dapat penghasilan sekitar Rp200 ribu lah," tuturnya.

Hal itu disebabkan, sepinya penumpang yang melakukan perjalanan ke luar kota plus karena penumpang juga ada yang menolak saat ditawari jasa angkut barang.

"Kalau sekarang penghasilan agak sedikit lumayan ya karena terminal ini juga udah buka, tapi penumpang kan ada yang dijemput jadi agak sulit juga buat porternya (dapat penghasilan)," jelasnya.

Dari pukul 05.30 WIB pagi hingga pukul 11.00 WIB siang lanjut pukul 16.00 WIB sore sampai  21.00 WIB malam, Wajri berharap agar ada satu atau dua penumpang bahkan lebih yang mau barang bawaannya diangkut.

Dia pun mengimbau agar penumpang yang turun dari bus antar kota antar provinsi (AKAP) agar seyogianya jeli dalam memilih porter jasa angkut barang.

Sebab, kata Warji, ada pula porter gadungan yang masuk ke lingkungan Terminal Bus Kampung Rambutan. Lalu berbuat kriminal dengan mencuri barang milik penumpang tersebut.

"Ada waktu itu kawan kita yang ditangkep disangka dia yang menghilangkan barang tapi ternyata bukan dia, ada yang ngaku-ngaku jadi porter," ucap Warji.

Kata Warji, porter resmi biasa memakai seragam sedangkan porter gadungan hanya memakai pakaian bebas.

"Jasa kuli panggul resmi memakai seragam kalau yang bukan kuli panggul resmi pakai baju biasa," jelas Warji.

Warji menambahkan untuk bekerja sebagai porter, dirinya didata terlebih dahulu.

"Masuk porter enggak sembarangan kita didata KTP, Kartu Keluarga (KK) untuk identitas kita. Apabila melakukan tindak pidana kita menerima konsekuensinya," jelas Warji.

Kini, petugas porter di Terminal Bus Kampung Rambutan jumlahnya menurun. Sebab pandemi membuat sebagian dari mereka memilih untuk pulang ke kampung halaman untuk bercocok tanam.

Berita Terkait

News Update