JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Berprofesi sebagai petugas angkut barang atau porter tidaklah mudah. Mereka mesti mengangkat beban hingga puluhan kilo dengan penghasilan tak pasti.
Hal tersebut seperti yang dirasakan Wajri Bin Sanadi (40). Sejak tahun 2017, dia sudah bekerja sebagai porter di Terminal Bus Kampung Rambutan, Jakarta Timur.
Selama itu, dirinya mengaku sudah mengalami suka duka menjadi porter. Ya, romantika khidupan. Di antaranya Warji pernah mengangkut karung berisi beras seberat 50 hingga 60 kilogram dari area parkir kendaraan umum menuju lobi tujuan ke Padang.
Karung beras itu disebut sebagai barang yang paling berat yang pernah diangkut olehnya.
"Waktu itu angkat beras sekitar 50-60 kilo lah. sendirian, cuman dibantu pas angkat doang. Selebihnya saya pikul," ucap Warji kepada wartawan, Minggu (8/5/2022)
Dengan barang yang begitu berat, Warji hanya mematok harga senilai Rp10 ribu rupiah untuk sekali angkut barang penumpang.
Dia pun hanya berharap dari belas kasih penumpang yang berbaik hati untuk memberi imbalan lebih.
"Kalau (tarif) porter enggak ada ukuran (barang) besar kecil, bayar ya Rp10 ribu kalaupun bayar lebih besar itu karena kebaikan orang itu," jelas Warji.
Kini, tatkala angka penularan pandemi menurun dan pemerintah memperbolehkan warga untuk melakukan mudik Lebaran, Warji mensyukuri hal tersebut.
Sebab, Warji kembali bisa bekerja sebagai porter usai sebelumnya dia sempat berhenti dan memilih bercocok tanam di kampung halamannya, Bengkulu.
Kendati demikian, penghasilan Warji sebagai porter masih dibilang minim. Kala pandemi berlangsung, rata-rata Warji hanya bisa memperoleh pendapatan sekitar Rp20 ribu hingga Rp30 ribu.
Berbeda kondisi ketika pandemi belum menerpa Indonesia, dirinya mengaku bisa meraup pendapatan hingga Rp200 ribu per hari hasil mengangkut 20 barang penumpang.