JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pegiat media sosial, Denny Siregar, geleng-geleng kepala melihat narasi yang dilontarkan mahasiswa dalam aksi demo dua hari lalu. Denny menilai demo mahasiswa kali ini konyol karena tampak memperlihatkan paradoks dalam aksinya.
Dalam aksinya, mahasiswa sesumbar bahwa era Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak ada lagi kebebasan berbicara. Artinya, demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan berpendapat dibungkam oleh rezim Jokowi.
Bagi Denny, narasi itu terlihat konyol. Pasalnya, ketika mahasiswa menuding pemerintah anti kebebasan berbicara, saat yang sama mereka sedang menyampaikan orasi yang tak lain adalah bentuk kebebasan berpendapat.
“Yang lucu di acara demo itu, mahasiswa teriak-teriak pake toa bahwa di era Jokowi tidak ada kebebasan bicara. Lha terus teriak teriak pake toa itu bukan bagian dari kebebasan bicara ya?,” kata Denny Siregar, dikutip dari akun Twitter @Dennysiregar7, Sabtu (23/4/2022).
Fenomena paradoks dalam orasi yang disampaikan mahasiswa ini sejatinya pernah terjadi sebelumnya. Pada aksi demonstrasi yang pertama, Koordinator BEM SI Kaharuddin menyatakan era Jokowi adalah kebalikan dari era Soeharto.
Dia menyoroti kebebasan berbicara yang terjadi pada dua rezim tersebut. Kaharuddin mengatakan pada zaman Soeharto ada ruang untuk kebebasan berbicara. Namun hal itu, kata dia, justru tertutup di era Jokowi.
Pernyataan tersebut viral dan menuai kritikan. Salah satunya dari Denny Siregar. Ia mengaku tergelitik dengan kalimat yang keluar dari seorang koordinator aksi mahasiswa.
“Demonya udah, adek adek ?? Jangan sampe kaya teman kalian itu ya, yang bilang jaman Soeharto ada kebebasan berpendapat dan kesejateraan merakyat. Kita ini kalo bego, mending diam. Dari pada begonya keliatan,” ujar Denny.
Diketahui, Koordinator Pusat BEM SI Kaharuddin menjadi viral di media sosial karena menyebut rezim orba penuh dengan kebebasan dan kesehjateraan dibanding sekarang.
Hal tersebut membuat Kaharuddin menjadi pusat kritik bagi netizen di medisa sosial hingga tokoh politik.
Kaharuddin mengatakan, salah satu tuntutan mahasiswa adalah tentang kesejahteraan dan kebebasan.
“Misalkan di orde lama, kita peroleh kebebasan tapi kesejahteraan tidak. Orde baru kita peroleh yang namanya kebebasan, kesejahteraan kita punya,” jelas Kaharuddin.
Menurutnya, kebebasan dan kesejahteraan tersebut tidak didapatkan masyarakat pada era pemerintahan sekarang, tetapi ada pada era Orba.
“Hari ini yang ingin kita (mahasiswa) tanyakan adalah apakah kita peroleh kesejahteraan? Apakah kita peroleh kebebasan?,” kata Kaharuddin.(*)