Sebab politik mobilisasi membutakan diri terhadap realitas. Ia menjadi “benteng kepentingan” sehingga ketegasan Presiden Jokowi pun sepertinya mau diabaikan.
Karena itulah, ketika saat ini masih saja terdengar suara yang menggugat politik mobilitas, melalui berbagai demontsrasi dan aksi turun ke jalan, maka suara itu jangan sampai salah alamat dengan ditujukan kepada Presiden Jokowi. Daripada salah alamat, lebih baik mereka yang menjadi pelopor politik mobilisasi itulah yang seharusnya bertobat.
Sebab bulan Ramadhan memang sangat kondusif untuk menyuarakan pertobatan. Pertobatan ini penting agar manuver politik yang berbahaya dan penuh resiko tersebut tidak terulang kembali. Atas dasar hal itu, pilihlah politik pemberdayaan, dan jauhkan model politik mobilisasi. Di dalam politik pemberdayaan itulah hakekat politik sebenarnya tanpa manipulasi. Pada akhirnya, suara rakyat inilah yang harus didengarkan oleh setiap pemimpin. Dengannya, bangsa dan negara Indonesia akan selamat. Merdeka!!!