MASUK bulan April, saya teringat pada seorang penyanyi balada, Franky Sahilatua. Franky Sahilatua, meninggal dunia di Jakarta, 20 April 2011. Ia lahir di Surabaya 16 Agustus 1953.
Senin, 28 Maret 2022 lalu, ketika menyaksikan aksi unjuk rasa mahasiswa di Jalan Merdeka Barat, Jakarta, tiba-tiba menggema di dalam angan-angan saya, sebuah lagu ciptaam Franky berjudul “Aku Mau Presiden Baru”.
Sebagian dari lirik lagu “Aku Mau Presiden Baru” ini berbunyi seperti berikut. “Aku mau presiden baru, bela rakyat yang punya ketegasan jadi pemimpin, rakyat semakin susah, rakyat hilang harapan, karena salah pilih Pemilu kemarin, Aku mau presiden baru, jangan tebar pesona, rakyat tak butuh.....Aku mau presiden baru yang bodoh berjanji pandai bekerja.”
Unjuk rasa mahasiswa hari Senin 28 Maret 2022 itu digelar di dekat patung kuda Jalan Merdeka Barat. Mereka dihadang puluhan polisi, kendaraan lapis baja dan kawat pagar berduri. Mereka dilarang sampai di depan istana, Jalan Merdeka Utara.

Ilustrasi. (ucha)
Unjuk rasa ini menentang wacana yang dilontarkan beberapa menteri kabinet agar Jokowi diperpanjang masa jabatannya dan dipilih lagi untuk tiga periode. Sehari kemudian, 29 Maret 2022, dalam pertemun para kepala desa yang dihadiri Jokowi dan Luhut Panjahitan didegungkan lagi seruan “presiden tiga periode dan perpanjangan masa jabatan Jokowi”.
Kemudian Jokowi minta agar para menteri tidak lagi mewacanakan gagasan “presiden tiga periode dan perpanjangan masa jabatan”. Jokowi tidak menyerukan “menolak” masa jabatannya diperpanjang atau bisa dipilih lagi untuk periode ketiga. Jokowi dinilai tidak tegas atau tidak jelas, “mau jadi presiden lagi (tiga periode atau perpanjangan masa jabatan) atau tidak mau gagasan itu”.
Usai acara peluncuran buku berjudul “Pembubaran Ormas” tulisan Al Araf, di Tebet, Jakarta, 29 Maret 2022, seorang putri salah seorang proklamator kemerdekaan RI, ketika membahas soal protes mahasiswa itu, antara lain mengatakan, “Jokowi ini lebih tebar pesona ketimbang SBY”.
Franky bilang, kita mau presiden baru yang punya ketegasan, bohoh berjanji tapi pandai bekerja. Tebar pesona (termasuk blusukan dengan narasi sinetron), rakyat tak butuh.(ciamik)