ADVERTISEMENT

Panggung Sinetron Politik

Senin, 4 April 2022 07:00 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Para elite perlu konsisten dalam bersikap. Perlu teguh pendirian dalam niat, ucapan dan perbuatan untuk mencegah timbulnya keraguan, kebingungan dan kegaduhan, Harmoko

IBARAT panggung teater atau sinetron, tampilan panggung depan dan belakang akan berbeda. Di depan penuh dengan panorama, pesona dan memiliki daya pikat luar biasa, tetapi panggung belakang adalah keadaan sesungguhnya. Di situlah para pemain (aktor) tampil dengan karakter aslinya. Itu pula, gambaran panggung politik pada umumnya, termasuk di negeri kita dan para aktornya.

Apa yang dikatakan kepada publik, belum tentu sebagaimana isi hati yang sesungguhnya, bisa jadi sebatas pencitraan, lipservice, menggalang dukungan, atau upaya meraih atau mempertahankan kekuasaan.

Tak jarang seorang politikus, pejabat publik berteriak keras soal pemberantasan korupsi, tetapi suatu saat tertangkap tangan KPK karena terlibat korupsi.

Tak sedikit para elite sering tampil di panggung publik mengajak masyarakat mematuhi hukum, tetapi suatu hari yang bersangkutan melanggar hukum.

Fakta juga pejabat publik berbicara patuh dan taat konstitusi, tetapi menggalang dukungan untuk mengubah konstitusi demi ambisi kekuasaan, meski bertolak belakang dengan keadaan, konstitusi saat ini yang sedang dijalani.

Paling aktual adalah munculnya dukungan masa jabatan presiden 3 periode yang sekarang sedang viral. Penggalangan dukungan semakin nyata, bukan sebatas isu belaka, tidak lagi tersembunyi-sembunyi.

Road show untuk menggalang dukungan pun sudah terpublikasikan secara luas. Ini sah-sah saja. Siapapun, menteri, politisi, parpol boleh mengusulkan penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden, karena kita negara demokrasi.
Ya demokrasi yang menjadikan alasan, siapa pun mempunyai hak untuk mengusulkan pendapat, termasuk dalam proses ketatanegaraan. Hanya saja, pada usulan yang dapat dijalankan setelah mengamandemen undang-undang negara, sekiranya perlu dikaji secara saksama. 

Apakah usulan tersebut demi kepentingan bangsa dan negara, rakyat Indonesia guna mewujudkan cita-citanya, rakyat yang adil makmur, atau demi ambisi sekelompok orang yang ingin mempertahankan kekuasaan, baik di pemerintahan maupun di kerajaan bisnisnya.

Jika penggalangan dukungan terus dilanjutkan, tanpa mempertimbangkan kehendak rakyat, yang terjadi adalah benturan kepentingan. Sudah terlihat, dua kubu saling berhadapan. Sekarang masih dalam taraf beda dukungan, setuju dan tidak setuju dengan sejumlah argumentasinya. Jika ini tidak terkondisi dengan baik, bisa berakibat kepada benturan yang lebih keras dan mengkristal, yang bisa menjadi embrio perpecahan. Belum lagi ketika keadaan ekonomi yang berat akibat naiknya semua harga-harga membuat rakyat menjadi mudah tersulut emosinya.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT