Negara G7 Menolak Bayar Gas Rusia dengan Rubel

Selasa 29 Mar 2022, 10:20 WIB
Pipa gas Rusia Nord Stream 2 (Foto: Twitter/le_stylo)

Pipa gas Rusia Nord Stream 2 (Foto: Twitter/le_stylo)

JERMAN, POSKOTA.CO.ID – Negara-Negara kelompok 7 (G7) yang terdiri dari Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Prancis, Italia, Inggris, dan Jepang menyatakan menolak membayar gas Rusia dengan rubel.

Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan bahwa membayar gas Rusia dengan rubel tidak dapat diterima, baik oleh negaranya maupun G7.

Habeck mengatakan permintaan Presiden Rusia Vladimir Putin ini ibarat “melawan tembok”.

 

 “Semua menteri [energi] G7 setuju bahwa ini adalah pelanggaran sepihak dan jelas dari perjanjian yang ada,” kata Habeck, mewakili Jerman sebagai Presiden G7, dikutip dari Al-Jazeera pada Selasa (29/3/2022)

"Pembayaran dalam rubel tidak dapat diterima dan ... kami meminta perusahaan terkait untuk tidak memenuhi permintaan Putin," katanya.

Putin mengumumkan pekan lalu bahwa Rusia hanya akan menerima pembayaran dalam rubel untuk pengiriman gas alam ke "negara-negara yang tidak bersahabat". Adapun daftar negara tidak bersahabat itu mencakup semua anggota Uni Eropa.

Para ekonom mengatakan langkah itu tampaknya dirancang untuk mencoba mendukung rubel, yang telah runtuh terhadap mata uang lain sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.

 Selain itu, negara-negara Barat menanggapi dengan sanksi yang luas terhadap Moskow. Tetapi beberapa analis menyatakan keraguan bahwa itu akan berhasil.

Sementara Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa Rusia bisa memotong pasokan gas ke pelanggan Eropa jika permintaan pembayaran dengan rubel ditolak.

"kami jelas tidak akan memasok gas secara gratis," kata Jubir Kremlin, Dmitry Peskov.

“Dalam situasi kami, hampir tidak mungkin dan layak untuk terlibat dalam kegiatan amal untuk Eropa,” katanya.

 

Langkah ini dilakukan ketika Rusia berjuang untuk menopang ekonominya dalam menghadapi sanksi dijatuhkan oleh Barat atas invasinya ke Ukraina. Sanksi ini secara jelas melemahkan ekonomi negara itu.

“Saya pikir kita harus menafsirkan permintaan ini karena Putin memunggungi tembok,” kata Habeck setelah pertemuan virtual dengan rekan-rekan G7-nya, Senin (28/3)

Presiden Prancis Emmanuel Macron pada hari Jumat (25/3) menolak permintaan gas-untuk-rubel Putin.

“Langkah Rusia tidak sejalan dengan apa yang telah ditandatangani, dan saya tidak melihat mengapa kami akan menerapkannya,” kata Macron.

Seperti negara-negara Eropa lainnya, Jerman berlomba untuk mengurangi ketergantungannya pada impor energi Rusia setelah perang Ukraina.

Habeck mengatakan Jerman harus melepaskan diri dari minyak, gas, dan batu bara Rusia agar tidak memperkuat rezim Putin.

Berlin dengan cepat menghentikan pipa gas Nord Stream 2 dengan Rusia sebagai protes atas agresi Putin.

Meski demikian pemerintah Jerman sejauh ini menolak seruan untuk memberlakukan embargo pada impor energi Rusia, dengan mengatakan bahwa hal itu dapat menjerumuskan ekonomi terbesar Eropa ke dalam kekacauan.

Jika benar negara G7 menolak bayar gas Rusia dengan rubel, atau energi dari Rusia lainnya, maka kemungkinan krisis energi tidak dapat dihindari. Eropa mungkin harus memasok energi dari negara Timur Tengah yang mematok biaya lebih mahal. (Firas)

Berita Terkait

News Update