GARA-gara termakan isu perselingkuhan istrinya, Martono (45) jadi memusuhi dan dendam pada Pardan (51) sampai satu dekade. Sudah pernah didamaikan, tapi api dendam itu terus menyala. Klimaksnya, belum lama ini Pardan dibacok Martono berulangkali, sehingga wasalam di tempat karena kehabisan darah.
Menpen Harmoko (1983-1997) dulu sering sekali mengingatkan, jangan mudah termakan isu. Zaman itu belum ada internet dan medsos sebagai turunannya, sehingga jika muncul isu pemerintah segera menetralisirnya dan situasi kembali aman secara mantap terkendali. Tapi sekarang, ketika lewat HP setiap orang bisa bikin dan posting isu tak bertanggungjawab, negara heboh terus. Apa lagi kini banyak kelompok yang suka menggoreng isu. Padahal minyak goreng sedang mahal, jadi nggorengnya pakai apa?
Salah satu anak bangsa yang mudah termakan isu itu adalah Martono, warga Wonosari Kabupaten Gunung Kidul (DIY). Maklum, sekolahnya saja SMA tidak selesai. Sudah sekolah swasta, kelas jauh lagi. Ditambah lagi dia tak suka membaca, jadi tak pernah dapat pencerahan dari media masa. Jika diajak ngomong isu yang sedang ramai, jarang bisa nyambung. Ada Dorna di Moto-GP Mandalika, jawabnya, “Setahuku Pendita Durna itu ya dari Sokalima.”
Gara-gara kurang literasi, tapi hobi banget sambal terasi, dia punya masalah sejak 10 tahun lalu, tapi hingga sekarang tak kunjung selesai. Kala itu isu berkembang bahwa Ngatimi (40) ada main dengan Pardan lelaki tetangganya. Dilaporkan kala itu, Pardan boncengkan Ngatimi pergi ke suatu tempat. Cara duduknya pun mesra banget, begitu kata sang penyebar isu.
Martono langsung terbakar cemburu. Istrinya diklarifikasi, begitu pula Pardan. Soal boncengan berdua, semua tak membantah. Tapi kala itu kan kebetulan Ngatimi sedang nunggu angkot tak kunjung datang, sehingga ketika Pardan pas lewat dan kebetulan tujuannya satu arah, Ngatimi pun ditawari bonceng sampai tujuan. Itu saja.
“Kalian nggak masuk hotel?” tanya Martono menyelidik, lagaknya macam polisi saja. Ngapain masuk hotel, mau dicemplungkan ke luweng (terowongan bawah tanah) apa? Nggak usah diajari Pardan tahu bahwa Ngatimi ini “kendaraan” pribadi Martono di mana STNK dan BPKB-nya dikeluarkan oleh KUA. Sejak diperoleh 15 tahun lalu, tak pernah diperpanjang, apa lagi ganti pelat 5 tahun sekali.
Meski sudah diklarifikasi, rasa curiga dan cemburu Martono tak kunjung habis. Soalnya sosok Pardan sering dijadikan pilot proyek percontohan. Soal rajin bergotong royong bersama warga, Ngatimi pernah bilang, “Mbok seperti Mas Pardan itu lho. "Soal ramah dan pintar bergaul sama warga, lagi-lagi Ngatimi mengambil sampel Mas Pardan. “Mbok rajin bergaul seperti Mas Pardan itu lho!”
Martono tak menjawab “kuliah” dari istrinya, tapi batinnya berkata, “Lama-lama kamu digauli juga.” Dan gara-gara itu pula, Pardan pernah ditantang duel satu lawan satu. Tapi Pardan tidak meladeni, bahkan kemudian lapor Pak Kades. Keduanya pun dipanggil ke balai desa dan didamaikan. “Sudah ya, istrimu tak pernah selingkuh sama Pardan. Pokoknya Ngatimi masih utuh buntelan plastik untukmu seorang,” kata Pak Kades.
Tapi Martono hanya ya ya ya.....di depan Pak Kades. Di luar rasa curiga dan cemburu itu tak kunjung pupus. Apa lagi belakangan Ngatimi jarang melayani “kewajiban”-nya pada malam hari. Jika melayani pun selaku gagal fokus, karena pikirannya melayang-layang ke mana-mana. Ngatimi sedang memikirkan minyak goreng langka, dikiranya memikirkan “Mas Pardan” juga. Jika sudah begini, voltase Martono langsung ngedrop, dari 220 tinggal 110 macam listrik sebelum padam.
Lihat juga video “Viral, Seseorang Mendadak Kesurupan Saat Menonton FIlm Horor di Bioskop”. (youtube/poskota tv)
Klimaksnya terjadi belum lama ini. Sambil bawa golok Martono mendatangi rumah Pardan. Tuan rumah yang tahu gelagat bukannya menyelamatkan diri, tapi segera ambil HP mau telepon polisi. Belum juga nyambung keburu dibacok Martono beberapa kali. Langsung Pardan tewas di tempat karena kehabisan darah, sementara Martono diamankan di Polres Wonosari.
Makan iso boleh, tapi jangan mudah termakan isyu. (gts)