AMERIKA SERIKAT, POSKOTA.CO.ID – Departemen pertahanan Amerika Serikat, Pentagon mengatakan akan membantu mengumpulkan bukti kejahatan perang Rusia.
Pentagon juga menuduh Rusia melakukan serangan membabi buta sebagai bagian dari strategi yang disengaja dalam konflik.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai penjahat perang.
Dilansir dari Al-Jazeera, juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan telah melihat bukti kejahatan perang Rusia.
"Kami tentu melihat bukti yang jelas bahwa pasukan Rusia melakukan kejahatan perang dan kami membantu mengumpulkan bukti itu," kata Kirby dalam jumpa pers, dikutip dari Al-Jazeera pada Selasa (22/3/2022).
“Tetapi ada proses investigasi yang akan berlangsung, dan kami akan membiarkan itu terjadi. Kami akan berkontribusi pada proses investigasi itu. Adapun apa yang akan keluar dari itu, itu bukan keputusan yang akan dibuat oleh kepemimpinan Pentagon, ”kata Kirby.
Adapun beberapa hari sebelumnya, Biden menyebut tindakan Rusia di Ukraina tidak dapat dimaafkan.
“Dia (Putin) adalah penjahat perang,” kata Biden kepada wartawan pada Kamis (17/3).
Tuduhan Biden muncul setelah kementerian luar negeri Ukraina mengatakan bahwa pasukan Rusia menjatuhkan bom di sebuah teater di kota Mariupol, Rabu (16/3).
Insidem ini menyebabkan banyak warga sipil terjebak dan jumlah korban yang tidak diketahui. Adapun Teater itu telah menampung setidaknya 500 warga sipil, menurut Human Rights Watch (HRW).
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut pernyataan presiden AS sebagai retorika yang tidak dapat diterima.
"retorika yang tidak dapat diterima dan tidak dapat dimaafkan dari pihak kepala negara yang bomnya telah menewaskan ratusan ribu orang di seluruh dunia,” kata Peskov menurut kantor berita negara Rusia TASS.
Kementerian pertahanan Rusia membantahnya menargetkan teater. Sebaliknya, Rusia mengklaim bangunan itu telah ditambang dan diledakkan oleh anggota Batalyon Azov sayap kanan Ukraina, sebagaimana disebut kantor berita RIA.
Maxar Technologies, sebuah perusahaan swasta AS, mendistribusikan citra satelit yang katanya dikumpulkan pada 14 Maret dan menunjukkan kata "anak-anak" dalam tulisan besar Rusia yang dilukis di tanah di luar teater.
“Ini menimbulkan kekhawatiran serius tentang apa target yang dimaksud di kota di mana warga sipil telah dikepung selama berhari-hari dan telekomunikasi, listrik, air, dan pemanas hampir sepenuhnya terputus,” kata Belkis Wille dari HRW.
Kedutaan AS di Kiev, sementara itu, mengatakan pasukan Rusia menembak mati 10 orang yang mengantri untuk mendapatkan roti di Chernihiv, timur laut Kiev. Rusia membantah serangan itu dan mengatakan insiden itu bohong.
Sejak itu, investigasi atas tindakan Putin di Ukraina telah dimulai. Pada hari ini dikabarkan bahwa Pentagon bantu mengumpulkan bukti kejahatan perang Rusia di Ukraina. Ini menyusul pernyataan Biden yang mengutuk Putin sebagai penjahat perang. (Firas)