BEBERAPA waktu lalu, Migor alias minyak goreng bikin heboh. Dia ngumpet, alias menghilang. Kalau pun ada, emak-emak dipaksa mengantre untuk mendapatkannya. Ya, dengan iming harga lebih murah. Celakanya, kok yang harga lebih tinggi pun menghilang.
Bagi masyarakat, sebenarnya soal harga sembako naik, itu sudah biasa? Tapi, kok bisa kompak pada menghilang dari toko atau pasar? Itu kan yang jadi masalah. Maka boleh saja ketika masyarakat luas pada ngomel, dan mencari-cari yang namanya minyak goreng.
” Wahai minyak goreng kemana sih engkau, kok sampai di rak-rak toko swalan pada kosong?” Tanya emak-emak.
“Hemm, pada nyarin aku,ya? “ minyak goreng balik bertanya.
“Betul, dimana sih Ente. Kok pada ngumpet? Takut sama siapa sih?” Tanya emak-emak yang lain.
“Ane bukan ngumpet. Tapi ditimbun!” ujar minyak goreng.
“Siapa yang nimbun?” Tanya emak-emak igin tahu.
“Siapa lagi kalau bukan mereka yang punya duit!”
“Terlalu! “ gerutu emak-emak.
Migor kasihan juga sama emak-emak karena harus mengantre berdesak-desakan, hanya untuk mendapatkan satu liter minyak goreng?
Ya, tapi drama sudah selesai. Sekarang saya hadir melimpah di rak-rak toko swalayan dan pasar. Ayo, emak-emak silakan borong saya.