Maraknya Parpol Baru

Senin 07 Mar 2022, 09:49 WIB

Ada juga Partai Gelora, besutan eks tokoh PKS, Anis Matta dan Fahri Hamzah yang cukup lama hadir dan memperkenalkan diri kapada publik. Yang baru lainnya, adalah Partai Buruh yang dipimpin oleh Said Iqbal, salah satu pimpinan serikat buruh di Tanah Air.

Ini beberapa partai baru yang akan ikut mewarnai pesta rakyat dalam berdemokrasi, melalui pemberian hak pilihnya pada Pemilu 14 Febrruari 2024.

Yang hendak saya sampaikan, parpol baru boleh saja berdiri, tetapi yang tidak boleh diingkari, tujuan mulia mendirikan parpol adalah untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa ini. Nasib dan kondisi bangsa saat ini, utamanya rakyat bawah yang sedang terdesak kebutuhan ekonomi akibat terdampak pandemi Covid-19, hendaknya menjadi prioritas perjuangannya. Saat ini bukan nanti. Bukan menunggu pemilu yang masih dua tahun lagi.

Jika ingin dikenal masyarakat, sekaligus mendapat simpati publik, saatnya para kadernya turun ke lapangan memperjuangkan aspirasi rakyat, duduk sama rendah dengan rakyat untuk mengetahui secara riil masalah yang dihadapi dan mencarikan solusinya.

Seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “ Kopi Pagi” di media ini, selain figur nasional sebagai alat pemersatu, juga tokoh lokal sebagai vote getter ( pendulang suara ) di masing-masing wilayah, seperti di kabupaten, kecamatan hingga tingkat kelurahan. Tidak kalah pentingnya kader untuk mampu masuk ke akar rumput.

Jika hanya mengandalkan popularitas, tanpa kualitas kaderisasi, parpol baru akan dilibas parpol lama yang sudah eksis, karena tak hanya memiliki segudang fasilitas dan popularitas SDM seperti tersedia banyak figur, vote getter, dan jaringan, juga kuatnya pendanaan.

Lihat juga video “Pedih! Jeritan Pedagang Seiring Harga Bahan Pokok Melambung Tinggi”. (youtube/poskota tv)

Dari sisi ini, sulit bagi parpol baru menuju Senayan, apalagi menyaingi parpol lama. Kecuali memiliki pembeda. Ini pun tidak mudah, tak hanya modal kemauan. Tak cuma hasrat politik  besar, tanpa diimbangi kemampuan dan modal besar. Bukan cuma nafsu besar, tenaga kurang.

Saat ini saja partai yang sudah lolos ke Senayan, masih dikritisi karena belum sepenuhnya mampu menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat. Lantas bagaimana dengan yang baru, belum dikenal rakyat.

Pitutur luhur mengajarkan “Ngilo-a githoke dewe. Sing bisa nggendong nafsu”- Hendaknya kita bisa mengetahui kekurangan pada diri sendiri. Seharusnya bisa pula menahan hawa nafsu. Tentunya, termasuk nafsu berkuasa, jika tidak memiliki kemampuan untuk berkuasa. (Azisoko *)

Berita Terkait

Jangan Sekali-kali Membelokkan Sejarah

Kamis 10 Mar 2022, 07:29 WIB
undefined

Harga Melambung, Rakyat Limbung

Kamis 17 Mar 2022, 07:00 WIB
undefined

Berdikari di Bidang Ekonomi

Senin 21 Mar 2022, 07:00 WIB
undefined

DPR Harus Kuat

Senin 28 Mar 2022, 07:33 WIB
undefined

News Update