Oleh: Wartawan Poskota, Mochamad Ifand
JALUR khusus sepeda sejak tahun lalu disiapkan Pemprov DKI di beberapa lokasi dan terus menyebar. Namun, di tengah semakin banyaknya jalur yang disiapkan dan menjamurnya masyarakat yang bersepeda, hal itu tak dibarengi dengan upaya pengamanan dari penegak hukum.
Jalur khusus yang disiapkan Gubernur DKI Anies Baswedan karena bersepeda memang menjadi fenomena baru di tengah pandemi Covid-19. Bahkan boleh dibilang bersepeda saat ini menjadi salah satu gaya hidup masyarakat perkotaan sejak beberapa tahun belakangan, walaupun kini mulai berangsur-angsur meredup.
Di tengah banyaknya masyarakat yang bersepeda, akhirnya muncul fenomena negatif dari kegiatan bersepeda. Hal itu dinilai menjadi "ladang baru" bagi para pelaku kriminalitas yang beraksi dan mengincar pesepeda. Seperti kasus yang terjadi Senin (28/2/2022) kemarin, pesepeda Poppy Medjaya menjadi korban jambret di Jalan Sisingamangaraja, Jakarta Selatan.
Meski pelaku tak dapat menjarah harta benda korban, namun wanita tersebut mengalami luka-luka akibat terjatuh dari sepeda. Luka sobek dan lebam di bagian kaki, wajah, dan tangannya, menimpa perempuan itu. Sepeda, handphone dan peralatan lainnya hancur atas peristiwa tersebut.
Yang paling menggemparkan adalah kasus penjambretan yang dialami perwira TNI yang menjadi korban jambret tahun 2020 lalu. Pelaku yang akhirnya tertangkap usai menjarah handphone milik kolonel Marinir itu hingga membuatnya terjatuh dan mengalami luka di beberapa bagian tubuhnya.
Meski sudah banyak kasus terjadi, namun tampaknya keamanan bagi para pesepeda belum bisa terjamin. Pasalnya dibeberapa jalur yang biasanya dilintasi para penggowes, tak terlihat adanya petugas kepolisian yang melakukan penjagaan di lokasi.
Polisi baru "kebakaran jenggot" ketika ada warga yang menjadi korban dan videonya viral di media sosial dan media massa. Terlebih, dari banyaknya kasus yang terjadi di beberapa wilayah ibukota, hanya satu kasus yang menimpa kolonel Marinir yang akhirnya bisa meringkus sang pelaku.
Padahal, kasus begal penggowes semakin marak setelah gaya hidup masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Apalagi, selain barang berharga, sepeda yang digunakan penggowes juga menjadi incaran pelaku karena mereka tahu saat ini sepeda yang dijual rata-rata berharga mahal.
Aksi pelaku begal pesepeda juga bisa dikategorikan dalam dua hal yaitu situasional dan kesempatan. Di mana motif ekonomi lebih cenderung pada situasional. Sementara motif non-ekonomi terjadi karena adanya kesempatan.
Demi mencegah aksi ini terulang, para pesepeda pun diminta untuk lebih waspada. Salah satunya adalah ketika sebelum bersepeda, ada baiknya mengetahui rute-rute rawan kejahatan.
Lihat juga video “Produksi Tempe di Kembangan Jakbar Tidak Beroperasi, Ini Harapan Produsen”. (youtube/poskota tv)