“Mereka bukan orang asli sini. Mereka pendatang. Tapi berkelompok gitu. Malu lah kalau orang sini kerja begituan,” tukasnya.
Warga lain bernama Didit menyebut, saat ini Bongkaran sudah jauh lebih baik. Semenjak digusur pada tahun 2014 lalu, saat ini Bongkaran mulai berbenah.
“Kalau dulu mah orang lewat depan sini aja segen banget. ‘Macan’ semua soalnya yang ada di dalam,” tuturnya.
Didit mengaku, pernah menjadi ‘petugas keamanan’ di lokalisasi Bongkaran. “Ada lah dua tahun saya kerja jadi keamanan di situ, mulai tahun 2008-2010. Karena desakan orang rumah, dan saya pikir uang hasilnya kayak gak berkah gitu, akhirnya saya tinggalin tuh kerjaan,” kata pria yang kini kerja jadi tukang bangunan ini.
Sembilan tahun berselang, Didit ingin ‘menebus dosa’. Ia kembali mencari rezeki di Bongkaran. Namun kali ini, bukan sebagai ‘keamanan’ tempat prostitusi kelas teri itu.
“2019 itu saya dengar di Bongkaran mau dibangun mesjid. Dari situ saya kayak ada niat mau nebus dosa. Saya ingin balik ke Bongkaran buat ikut kerja bangun mesjid. Alhamdulilah, sampai sekarang saya kerja bantu-bantu di sini buat urusi Masjid Sultan Soenaro ini,” imbuhnya.
Lihat juga video “Mayat Pasutri Ditemukan Tewas Berlumuran Darah di Sumur Rumahnya”. (youtube/poskota tv)
Dengan adanya masjid yang dibangun di area Bongkaran, tempat remang-remang itu perlahan menjadi terang. Kini, tak ada lagi PSK yang berani menginjakkan kaki di Bongkaran.
“Sekarang sudah ada masjid, jadi enak lah. Banyak sopir atau orang yang belanja di Tanah Abang suka salat di sini. Kalau hari Jumat, juga banyak yang pada Jumatan di sini. Meski bangunan masjidnya belum rampung sepenuhnya, tapi insyaallah bakal ramai orang ibadah di sini,” pungkasnya. (cr10/mif)