JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Dampak kenaikan harga gas elpiji non subsidi, penjual gas elpiji di Palmerah Jakarta Barat, mengaku tidak mau menjual gas elpiji bersubsidi 3 kilogram kepada konsumen yang biasa membeli gas non subsidi 12 kilogram.
Hal tersebut dilakukan oleh Dadiyono (63), penjual gas elpiji di Jalan Kemanggisan Pulo, Palmerah, Jakarta Barat.
"Saya gak jual gas 3 kilogram ke konsumen yang biasa beli non subsidi 12 kilogram. Kalo ditanya saya bilangnya kosong," ujarnya saat ditemui, Selasa (1/3/2022).
Menurut Dadiyono, gas elpiji 3 kilogram bersubsidi hanya diperuntukkan untuk orang miskin. Sehingga dirinya hanya menjual kepada konsumen yang memang membutuhkan.
"Dia kan (konsumen) orang mampu, kenapa beralih ke gas 3 kilogram? Ya saya gak mau jual karena saya anggap masih mampu membeli nonsubsidi," paparnya.
Sejak kenaikan harga gas elpiji non subsidi, Dadiyono hingga saat ini mengaku belum menyetok, bahkan dia belum membeli gas 12 kilogram sejak kemarin.
Hanya saja, jika ada permintaan dari konsumen, maka dirinya baru membeli gas di agen.
Bahkan, Dadiyono juga pernah diarahkan oleh agen tempat dia belanja gas agar tidak menjual gas 3 kilogram bersubsidi kepada orang yang mampu.
"Belum beli saya, belum setok saya. Kalau ada konsumen yang pesan baru saya beli. Kalau dari agen udah Rp180 ribu lebih, saya jualnya Rp200 ribuan," pungkasnya.
Untuk harga gas 3 kilogram bersubsidi, Dadiyono masih menjual dengan harga normal yakni Rp16 ribu.
Terpisah, pengguna gas elpiji bersubsidi, Endah (34) mengaku keberatan dengan adanya kenaikan harga gas elpini 12 kilogram.
Dirinya yang memamg memakai gas bersubsidi itu, mengaku sempat ingin beralih ke gas elpiji 3 kilogram, karena harganya masih normal.
"Saya beli sudah Rp200 ribu. Kalau begini terus saya kayanya beralih ke gas 3 kilogram. Habis harga segitu mahal ya," ujarnya ketika dikonfirmasi, Selasa.
Endah mengatakan, dirinya berencana akan beralih ke gas elpiji bersubsidi 3 kilogram. Namun saat ini dia masih menggunakan elpiji non subsidi 12 kilogram.
"Mau gak mau harus beralih, karena kalau harga segitu ya mahak banget, saya keberatan ya sebagai pengguna gas non subsidi," pungkasnya.
Endah berharap, harga gas elpiji non subsidi dapat kembali normal, sehingga dirinya tidak perlu beralih ke gas bersubsidi.
"Kalau harganya masih Rp170 ribu kaya kemarin saya masih mikir-mikir lagi untuk beralih ke gas bersubsidi," tukasnya.
Lihat juga video “Tertangkap Pelaku Pembacokan Istri di Tigaraksa”. (youtube/poskota tv)
Sebelummya diberitakan, PT Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga LPG non subsidi yang berlaku mulai 27 Februari 2022.
Area Manager Communication, Relations, & CSR Sumbagut, SH C&T PT Pertamina Patra Niaga, Taufikurachman kepada wartawan, Senin 28 Februari 2022, menjelaskan penyesuaian ini dilakukan mengikuti perkembangan terkini dari industri minyak dan gas.
"Tercatat, harga Contract Price Aramco (CPA) mencapai 775 USD/metrik ton, naik sekitar 21% dari harga rata-rata CPA sepanjang tahun 2021,” jelasnya. (pandi)