JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Akhirnya pakar telematika, Roy Suryo angkat bicara soal tuduhan GP Ansor yang menyebut dirinya telah memelintir video Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas terkait pernyataan suara adzan dan gonggongan anjing.
Tegasnya, dia sama sekali tidak pernah memotong, mengedit, memelintir video seperti yang dituduhkan oleh GP Ansor dalam pelaporannya ke Polda Metro Jaya.
Roy mengatakan, soal video dia bukanlah 'anak kemarin sore' yang tidak mengetahui persoalan.
"Yang disebut mengedit itu kalau musalnya ada rekaman satu menut kemudian rekaman itu saya tambahkan jadi satu setengah menit di tengah-tengahnya saya tambahkan bagian lain," jelas Roy Suryo, Minggu (27/2/2022).
"Atau misalnya dari yang satu setengah menit itu dipotong di bagian tengah, namanya in between editing atau in between cutting, kemudian ditambahi bagian lain yang bukan dari bagian rekaman itu. Itu namanya editing," terangnya.
Menurutnya, rekaman video yang ia unggah kembali itu adalah jelas bagian dari video aslinya yang bukan sengaja dia lakukan proses editing untuk tujuan memelintir.
"Yang saya tempelkan entah 22 atau 30 detik itu memang bagian yang tidak terpotong atau utuh dari satu rekaman itu. Jadi kalau di depan dihilangkan belakang itu namanya bukan editing, itu namanya highlighting. Pahami dulu soal editing dan highlighting," katanya.
Dia mencontohkan, dari fotografi misalnya, apabila hasil dari foto tersebut tidak memuaskan tentu seorang fotografer akan mempertajam hasil jepretannya dengan cara diburning, dibrightness atau yang lainnya.
"Itu nggak ada masalah, jadi masalah itu kecuali ditambahkan, tadinya dua orang jadi tiga orang. Tadinya tiga orang dikurangi satu orang. Itu namanya melakukan perubahan atau rekayasa," tutur dia.
"Saya juga mentwit rekaman utuhnya, rekaman paling utuh itu adalah 3 menit 30 detik durasinya, itu kalau mau utuh. Tapi kan di twitter tidak bisa unggah segitu, maksimal 2 menit 20 detik. Dan itu pun saya muat utuh pada twit berikutnya. Jadi artinya apa, saya pun mencoba menampilkan seobyektif kalau utuh kaya gini," lanjut mantan Wakil Ketua Umum partai Demokrat itu.
"Cuma sekarang kan dalam kajian atau riset, dalam mendengar tautan di twitter itu jarang orang mendengarkan dari awal sampai akhir. Nah, biasanya dia 20-30 detik, yang paling penting yang mana itulah yang dirasa paling penting. Justru kalau mendengarkan utuh jelas banget pernyataan Menag itu jelas mengatakan loudspeaker yang keras di atas, ada lima waktu, berbunyi sehari lima waktu. Nah berbunyi lima waktu tuh apa," tukasnya.
"Saya bukan orang pertama yang upload itu di Twitter. Saya hanya mengambil yang apa adanya dan tidak mengambil yang ditambah-tambahkan orang-orang seperti ada keterangan ini menghina. Jadi gak apa-apa saya dilaporkan, kita tunggu saja," pungkasnya. (cr10)