Rusia Memveto, Akibatnya Dewan Keamanan PBB Gagal Membuat Resolusi yang Memerintahkan Moskow Hentikan Serangan ke Ukraina

Sabtu 26 Feb 2022, 18:15 WIB
Ilustrasi invasi Rusia ke Ukraina. (Kartunis: Poskota/Suroso Imam Utomo)

Ilustrasi invasi Rusia ke Ukraina. (Kartunis: Poskota/Suroso Imam Utomo)

AMERIKA SERIKAT - Di markas besaar PBB di New York, Dewan Keamanan PBB pada hari Jumat bersidang untuk menyikapi serangan Rusia ke Ukraina.

Namun, Dewan Keamanan PBB gagal membuat Resolusi yang memerintahkan Moskow menghentikan serangan ke Ukraina, serta menarik pasukan dari negeri itu. Kegagalan Dewan keamanan PBB itu karena Rusia memveto rencana resoluasi.

Rusia adalah negara adikuasa yang punya hak veto, maka ketika hak itu digunakan, rencana pembuatan resolusi Dewan Keamanan PBB jadi gagal.

Ini menjadi sebuah kekalahan yang diterima Amerika Serikat dan para pendukungnya, dan mereka memang tahu tidak dapat dihindari tetapi masalah akan akan menyoroti isolasi global terhadap Rusia.

Dalam pemungutan suara itu 11 mendukung, dengan Rusia memilih tidak dan China, India dan Uni Emirat Arab abstain.

Ini menunjukkan oposisi yang signifikan tetapi tidak total terhadap invasi Presiden Rusia Vladimir Putin ke tetangga negaranya yang lebih kecil dan lebih lemah secara militer.

Kegagalan resolusi membuka jalan bagi para pendukung untuk menyerukan pemungutan suara cepat pada resolusi serupa di Majelis Umum PBB yang beranggotakan 193 orang, di mana tidak ada veto.

Keputusan China untuk abstain, daripada menggunakan hak vetonya bersama sekutu biasa Rusia, dipandang sebagai pencapaian diplomatik.

“Anda dapat memveto resolusi ini, tetapi Anda tidak dapat memveto suara kami,” kata Duta Besar AS Linda Thomas Greenfield kepada mitranya dari Rusia.

“Anda tidak bisa memveto kebenaran. Anda tidak dapat memveto prinsip kami. Anda tidak dapat memveto orang-orang Ukraina.”

Duta Besar Brasil Ronaldo Costa Filho, yang suara negaranya awalnya dipertanyakan tetapi berubah menjadi ya, mengatakan pemerintahnya "sangat prihatin" tentang aksi militer Rusia.

Berita Terkait

News Update