SEORANG wanita digilir oleh beberapa lelaki, setelah sebelumnya dicekoki obat keras. Kasus kekerasan seksual yang terjadi di satu wilayah setahun silam itu membuat korban meninggal dunia.
Itu adalah satu ilustrasi tentang gilir alias mengantre, ada sekian lelaki yang secara bergantian menggagahi si korban. Tidak ingin membuka luka lama, tapi bahwa antre adalah di mana orang menunggu dengan sabar secara bergantian melakukan kegiatan yang sifatnya sama.
Banyak lah orang yang melakukan sesuatu dengan cara mengantre. Nasabah yang ingin bertransaksi, setor atau menarik dana, mereka dengan sabar mengantre. Apalagi di zaman sekarang ini, ketika masa pandemi Covid. Masyarakat harus sangat disiplin dengan mengantre, juga mematuhi protokol kesehatan atau prokes. Masuk ruangan dibatasi, dan mengantre dengan jaga jarak. Bisa dibayangkan, bisa memakan waktu berjam-jam.
Berbelanja untuk membeli barang murah, misalnya, orang rela mengantre lama dengan sabar. Mengantre sembako gratis, mengantre uang jaminan sosial, mengantre makanan gratis. Mengurus surat-surat KTP, STNK, pembayaran pajak. Yang punya BPJS mau berobat di Puskesmas, RS, ngantrelah!.
Lihat itu, emak-emak mengantre minyak goreng. Dilakoni berdesak-desakan sambil menggendong anaknya hanya karena minyak goreng murah satu, dua liter.
Budaya mengantre, tentu saja dilakukan untuk berbagai kegiatan sangatlah bagus. Banyak orang yang sangat tidak sabaran untuk berbaris, sesuai dengan nomor urut. Maka sering terjadi jika mereka ada yang nggak sabaran dan mendesak menyalib orang yang ada di depannya. Ini yang nggak baik.
Ada juga karena merasa sebagai orang yang punya kekuasaan dan kekuatan, maka minta didahulukan. Banyak peristiwa lalu lintas, menjadi macet total karena ada pengendara yang nggak sabaran mengantre?
Lihat juga video “Mayat Pasutri Ditemukan Tewas Berlumuran Darah di Sumur Rumahnya”. (youtube/poskota tv)
Itulah yang perlu dilatih sejak usia dini, anak-anak diajarkan dan diberi pengertian untuk memperoleh sesuatu harus bergiliran.
Kalau sudah sering dikenalkan, dilatih bisa terpatri sampai mereka dewasa.
Jadi ketika harus mengantre mereka sudah terbiasa, datang duluan ada di depan, dan datang belakangan ya sabar berbaris di belakang. Artinya kalau mau dilayani lebih dulu, ya datanglah lebih cepat.
Ayo, budayakan mengantre buat hal yang baik, bukan seperti ilustrasi kasus di atas, mengantre kejahatan.