JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Anggota Komisi VI DPR RI, Amin Ak, menyarankan solusi jangka pendek mengatasi krisis kedelai dengan cara barter antara komoditas kedelai dengan batu bara yang merupakan keunggulan komparatif Indonesia.
Dia menunjuk China dan India, dua negara yang menjadi produsen kedelai terbesar keempat dan kelima di dunia sebagai negara tujuan kerjasama barter kedua komoditas tersebut.
Kebijakan yang out of the box ini diyakini bisa mengatasi krisis kedelai yang melanda Indonesia saat ini.
“China dan India merupakan dua negara konsumen batu bara terbesar di dunia, Statistik global menunjukkan kedua negara ini mengonsumsi 62% batu bara dunia. Pada saat bersamaan mereka masuk kedalam lima produsen terbesar kedelai. Tawaran barter batu bara dengan kedelai, seharusnya jadi opsi yang menarik,” kata Amin dalam keterangan tertulis, Minggu (20/2/2022).
Lihat juga video “Ahli Feng Shui Master Xiang Yi: Politik Tahun Ini akan Terjadi Ledakan Besar”. (youtube/poskota tv)
Yang paling memungkinkan, kata Amin, pemerintah mengarahkan BUMN produsen batu bara bekerjasama dengan BUMN Pangan.
BUMN batu bara menjual produksinya dengan cara barter, dan nantinya kedelai yang diperoleh dibeli oleh BUMN Pangan untuk mengamankan stok jangka pendek, paling tidak pengamanan stok hingga Juli 2022. Hal ini mengingat perkiraan harga kedelai global mulai Agustus sudah mulai turun.
Di sisi lain, produksi dalam negeri bisa digenjot. Kedelai ditanam mulai Maret 2022, kemudian dipanen Juni hingga Juli 2022. BUMN Pangan bisa proaktif mengamankan stok kedelai nasional.
Lebih lanjut Amin mengatakan, kebijakan pemerintah seharusnya berorientasi untuk kemakmuran rakyat sebesar-besarnya. Berbagai cara dan strategi untuk mewujudkan kebijakan pro rakyat, meskipun berliku harus ditempuh demi keberlanjutan usaha rakyat berbasis kedelai.
“Mayoritas produsen tahu dan tempe adalah usaha mikro dan kecil, mereka baru saja pulih setelah dihantam pandemi. Harus ada solusi cepat dan taktis untuk menyelamatkan usaha mereka,” kata Amin.
Pemerintah sudah gagal meningkatkan produksi kedelai dalam negeri sesuai janji Presiden Jokowi untuk memenuhi minimal 30% kebutuhan kedelai nasional. Alih-alih produksi naik, yang terjadi malah turun dari 300 ribu ton pada tahun 2021 menjadi 200 ribu ton pada tahun 2022 ini, sesuai proyeksi Kementan. Sementara kebutuhan nasional mencapai 3 juta ton.
Sebagai solusi jangka pendek, maka impor dengan model barter komoditas seharusnya diperjuangkan mengingat stok kedelai global menjadi rebutan akibat merosotnya produksi kedelai Brazil dan Argentina yang merupakan produsen terbesar dunia bersama Amerika Serikat.