TURKI, POSKOTA.CO.ID - Turki mengalami krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa tahun terakhir.
Berita utama di berbagai surat kabar Turki terkait krisis ekonomi dan masalah keuangan.
Surat kabar Yenicag pada Februari ini menulis,"Pemerintah Erdogan tidak mampu memerintah Turki.”
Surat kabar Sozcu juga mendedikasikan judul besar sesuai dengan sikap ini dan menulis, "Semuanya mahal di negara ini dan situasi ekonominya buruk."
Seluruh media Turki lainnya telah memilih berita utama yang serupa. Reaksi media Turki mencerminkan fakta bahwa pemerintahan Recep Tayyip Erdogan tidak mampu mengatasi masalah moneter dan krisis ekonomi di Turki.
Ketidakmampuan pemerintah Erdogan untuk meringankan masalah ekonomi dan mata pencaharian rakyat secara signifikan mengurangi popularitas pribadi presiden Turki dan partai AKP.
Recep Tayyip Erdogan marah dengan situasi di negara itu dan sesekali memecat pejabat tinggi pemerintah atau lembaga pemerintah Ankara. Kepala Pusat Statistik Turki telah menjadi korban terbaru dari kegagalan Erdogan.
Pejabat pemerintahan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam situasi ini melanjutkan kebijakan berpetualangnya atas negara-negara kawasan dan membuat kebijakan ganda. Terutama kerja sama dengan Israel.
Mereka menganggap dapat mengatasi masalah moneter dan keuangan saat ini dan krisis ekonomi internal dengan mengambil tindakan berpetualang lainnya.
Ankara sekali lagi menggunakan kebijakan yang salah.
Para pejabat di pemerintahan Erdogan pernah mengkritik Uni Emirat Arab karena pengkhianatannya terhadap Palestina dengan normalisasi hubungan Uni Emirat Arab dengan Israel. Tetapi kini mengantri untuk menjalin hubungan dengan Israel.
Akademisi Turki terkemuka Ekrem Ekşi mengritik posisi para pejabat Ankara dalam menanggapi tindakan pejabat Uni Emirat Arab dalam wawancara dengan Radio IRIB.
Dia mengatakan,"Reaksi pemerintah Erdogan terhadap tindakan Uni Emirat Arab adalah reaksi yang terpuji. Namun pertama-tama kita harus bertanya apakah Turki akan memutuskan hubungan dengan Israel?"
Lebih dari setahun dari pertanyaan mendasar dari pakar Turki terkemuka ini bahwa kegemparan pejabat Ankara, terutama Presiden Turki terhadap Uni Emirat Arab dan negara-negara Arab lainnya hanya terbatas pada media negara dan kawasan dan tidak keluar dari batas ini.
Media-media Ankara pada 16 Februari mengakui fakta Turki dan Israel menikmati hubungan keamanan yang luas di tingkat Badan Intelijen Turki MIT dan intelijen Israel Mossad dalam beberapa tahun terakhir.
Sejumlah media Turki mengutip sumber-sumber Israel yang mengatakan:
"Hubungan antara dinas intelijen Israel (Mossad) dan dinas intelijen Turki (MIT) telah meningkat selama dua tahun terakhir."
Menurut sejumlah laporan yang dipublikasikan, hubungan pemerintahan Erdogan dengan Israel telah mencakup hubungan keamanan dan ekonomi.
Langkah itu menunjukkan bahwa pemerintah Turki hanya menciptakan kontroversi dalam kritiknya terhadap negara-negara Arab. ***