Pasokan Kedelai Krisis Gara-Gara Impor, DPR Akhirnya Sentil Erick Thohir

Selasa 15 Feb 2022, 18:52 WIB
Ilustrasi kacang kedelai dan Menteri BUMN Erick Thohir. (Foto: Diolah dari Google).

Ilustrasi kacang kedelai dan Menteri BUMN Erick Thohir. (Foto: Diolah dari Google).

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Ketergantungan yang tinggi terhadap kedelai impor menjadi penyebab krisis pasokan sekaligus instabilitas harga kedelai. Dari kebutuhan 3 juta ton per tahun, 90% atau 2,7 juta ton harus dipenuhi dari impor.

Anggota Komisi BUMN (Komisi VI) DPR RI, Amin Ak, mendorong holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pangan atau ID Food bersikap proaktif ikut mengatasi krisis pasokan kedelai.

“Ketahanan pangan khususnya kedelai kita sangat rentan. Krisis pasokan kedelai berpotensi terus berulang mengingat ancaman perubahan iklim yang mempengaruhi produksi global. Mau impor aja nanti sulit, karena harus berebut dengan negara lain,” kata Amin dalam keterangan tertulis yang diterima Poskota, Selasa (15/2/2022).

Menyitir pernyataan Menteri BUMN, Erick Thohir, Amin mengingatkan tujuan berdirinya ID Food untuk menjadi garda terdepan dalam upaya penguatan ekosistem pangan Indonesia. Sedangkan visi ID Food antara lain menjadi produsen pangan yang berkualitas dengan penerapan tata kelola perusahaan yang baik.

Lihat juga video “Residivis Sembunyikan Sabu di Plafon Rumah Diringkus Polisi”. (youtube/poskota tv)

“Krisis pangan terjadi bertubi-tubi, persoalan minyak goreng belum tuntas, sekarang lanjut krisis pasokan kedelai. Ini seharusnya jadi ujian bagi BUMN Pangan, mampu tidak ikut atasi kerentanan pangan di Indonesia,” kata Amin.

Lebih lanjut Amin mengatakan, permasalahan mahalnya harga kedelai disebabkan oleh gagalnya pemerintah mengantisipasi kelangkaan pasokan kedelai baik kedelai impor maupun kedelai lokal. 

Padahal tren kenaikan harga kedelai sudah muncul sejak pertengahan tahun 2021 lalu, yang disebabkan oleh dampak cuaca ekstrem sehingga menurunkan produksi di negara produsen utama dunia seperti Argentina dan Brasil.  

Pada saat bersamaan, terjadi pembelian dalam skala besar (rush buying) dari Amerika Serikat dan China, terutama setelah badai Ida berakhir pada Desember 2021 lalu. Dengan kondisi global seperti itu, menurut Amin, kalau punya uang pun belum tentu bisa penuhi kebutuhan lewat impor.

Merujuk data Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), hingga akhir Februari 2022 ini, stok kedelai impor hanya tersedia 300 ribu ton. Sedangkan rata-rata kebutuhan kedelai bulanan sekitar 250 ribu ton. 

“Kondisi ini berpotensi memicu spekulasi harga, yang menjadi penyebabnya naiknya harga kedelai,” kata Amin.

Amin mendesak Kementerian Perdagangan untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya spekulasi harga dan praktek kartel kedelai impor yang menyebabkan terjadinya oligopoli atau dikuasainya pasokan kedelai oleh segelintir perusahaan.(*)

Berita Terkait

News Update