Di Kampung ini terdapat pengrajin tempe bernama Ambar yang kondisinya hampir serupa dengan Aam Di Kecamatan Citeureup, Ambar pun terpaksa mengurangi ukuran tempe buatannya guna mengejar perputaran keuangan, walaupun ia akui perputarannya sangat tipis.
Menurut Ambar, kondisi meroketnya harga kacang kedelai sudah berjalan sejak tiga bulan terakhir.
"Bahkan harga kacang kedelai yang tinggi membuat produksi tempe ditempat saya dikurangi, biasanya empat kwintal per hari, sejak harga kacang kedelai naik hanya tiga kuintal," ungkapnya.
Bahkan, masih Ambar menjelaskan, untuk ukuran tempenya, ia mengurangi sedikit ukurannya.
"Habisnya kalau gak gitu gak dapat untung, itu juga ukuran diperkecil untuk sangat tipis,” kata Ambar.
Ambar menjelaskan, sebagai bahan pokok pembuatan tempe sendiri harga kacang kedelai saat ini sudah menembus satu juta seratus ribu rupiah per kwintalnya.
"Padahal sebelum naik harganya delapan ratus ribu rupiah, dengan harganya yang tiap hari naik ini membuat pengrajin tempe keberatan, sedangkan harga tempe yang kita jual ke pedagang itu harganya tetap sama 6000 dan 5000 rupiah gak dinaikkan,” ujarnya.
Aprilia menambahkan dengan tingginya harga kacang kedelai, sangat membebani para pengrajin tempe yang masih pemula.
"Semisal beberapa pengrajin tempe yang belum lama memulai usaha, sejak naiknya harga kacang kedelai, saat ini mereka sudah tidak produksi lagi lantaran tingginya harga beli bahan baku tersebut," ucapnya.
Serupa dengan Aam ataupun Ambar, Aprilia pun mengharapkan kestabilan harga jual bahan pokok makanan orang Indonesia tersebut.
"Kalau bisa harganya normal lagi, kasihan yang baru mencoba usaha produksi tempe, seperti kawan saya udah dua hari ini berhenti jualan karena memang modalnya gak ada,” ungkap Aprilia.
Ia pun berharap, Pemerintah baim dari tingkat daerah hingga nasional dapat mengambil tindak nyata yang tidak merugikan para pengrajin tahu tempe tradisional ini.
Lihat juga video “5 Makanan Wajib Saat Perayaan Imlek 2022”. (youtube/poskota tv)