ADVERTISEMENT

Waspadai Ledakan Gunung Es Covid-19

Jumat, 11 Februari 2022 06:00 WIB

Share
Pemprov DKI Jakarta menyiapkan dua rumah susun (Rusun) untuk tempat isolasi pasien Covid-19 dengan status Orang Tanpa Gejala (OTG). (foto: poskota/cahyono)
Pemprov DKI Jakarta menyiapkan dua rumah susun (Rusun) untuk tempat isolasi pasien Covid-19 dengan status Orang Tanpa Gejala (OTG). (foto: poskota/cahyono)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Oleh: Wartawati Poskota, Hj. Irdawati

KASUS positif Covid-19 di Indonesia melonjak tajam dalam dua pekan ini. Angka pasien terkonfirmasi terus meroket. Melonjaknya kasus Covid-19 terutama varian Omicron sudah diprediksi, namun angkanya di luar perkiraan semula. Pemerintah memprediksi puncak Covid-19 terjadi pada akhir Februari 2022. Realitanya, belum sampai akhir bulan, angka positif Covid-19 sudah menjulang.

DKI Jakarta memegang ‘rekor’ tertinggi dalam penambahan kasus terkonfirmasi. Kamis (10/2/2022) DKI Jakarta melaporkan angka tambahan yakni 11.090 terdiri dari transmisi lokal sebanyak 10.633 dan pelaku perjalanan luar negeri 457. Disusul Jawa Barat,
9.403 kasus dengan rincian  9.371 transmisi lokal dan 32 dari pelaku perjalanan luar negeri.

Sedangkan data harian yang dipublikasikan Satgas Covid-19, Kamis (10/2/2022) kasus positif mencapai angka 40.618, angka kesembuhan bertambah 18.182, sedangkan angka kematian 74 kasus. Total secara nasional sejak ditemukan pertama kali pada Maret 2020, jumlah kasus mencapai 4.66.554 kasus dengan angka kematian 144.858 kasus.

Seperti fenomena gunung es, kasus yang ditemukan bisa jadi jauh lebih rendah dibanding fakta sesungguhnya. Karena masih banyak  kasus yang tidak terlacak. Apalagi karakteristik varian Omicron yang lebih cepat menular, membuat sebaran kasus baru cepat melonjak tajam. Kondisi ini tentu harus dibendung.

Belajar dari krisis kesehatan dan gelombang kedua pandemi tahun lalu, kini semua pihak harus siaga. Sebagai kilas balik, ketika puncak pandemi pada Juli-Agustus 2021, rumah sakit dan tenda-tenda darurat yang dibangun tak lagi sanggup menampung pasien. Pasien telantar, tabung oksigen langka, tenaga kesehatan juga banyak yang ‘tumbang’ bahkan kehilangan nyawa.

Pengalaman adalah guru terbaik. Kita harus menjadikan pengalaman pahit ledakan Covid-19 tahun lalu sebagai pelajaran untuk mengantisipasi membendung gelombang Omicron. Di tengah mulai mengganasnya Covid-19, langkah serentak dan terpadu harus cepat dilakukan, baik pencegahan maupun penanganan pasien.

BOR (Bed Occupancy Rate) atau ketersediaan tempat tidur di rumah sakit saat ini memang masih aman. Namun jangan dianggap enteng karena angka kasus terus melonjak. Membendung terjadinya gelombang ketiga, kita tidak boleh lamban. Jangan henti lakukan penelusuran kontak 3 T (testing, tracing, treatment) untuk memutus mata rantai virus. Optimalkan sistem pelayanan kesehatan baik kebutuhan obat-obatan, oksigen, tempat perawatan dan layanan lainnya.

Pandemi Covid-19 harus dihadapi bersama-sama. Oleh karena itu, masyarakat juga dituntut punya kesadaran tinggi untuk memutus mata rantai sebaran virus dengan mematuhi anjuran pemerintah yaitu melaksanakan protokol kesehatan 5 M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas). Karena tanpa peran besar masyarakat, pandemi akan sulit diakhiri. **

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT