ADVERTISEMENT

Macan Asia

Senin, 31 Januari 2022 07:00 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Stabilitas harga menjadi penting di tahun ini untuk menekan lonjakan inflasi yang diprediksi para pakar bisa mencapai 5 persen, jika pemerintah menaikkan sejumlah tarif, menyusul pencabutan subsidi. Belum lagi PPN menjadi 11 persen, dan penghapusan bertahap premium.

Itulah sebabnya yang dibutuhkan sekarang bukan sebatas mengaum, tetapi lompatan besar dan panjang untuk menghalau segala macam rintangan, menuju titik sasaran yang diharapkan pemerintah dan rakyat.

Macan, juga simbol seorang raja, pemimpin. Di sinilah perlunya keteladanan pemimpin, siapapun dia, di manapun berada, baik ketika di depan, di tengah maupun di belakang, termasuk ketika mengambil kebijakan seperti dikatakan Pak Harmoko dalam “Kopi Pagi” di media ini.

Sejatinya negeri kita kaya dengan falsafah kepemimpinan yang telah ditorehkan oleh para tokoh besar sejak era kerajaan, perjuangan hingga saat sekarang. 

Salah satunya falsafah kepemimpinan Sultan Agung. Seperti diulas dalam “Serat Sastra Gending”, terdapat 7 pedoman untuk menjadi pemimpin yang dicintai rakyat, guna menciptakan kejayaan negeri.

Sekadar mengingat, dalam literatur disebutkan Sultan Agung Hanyokrokusumo (1593-1645) adalah Raja Kesultanan Mataram yang memerintah tahun 1613-1645. Kerajaan Mataram mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan beliau dengan wilayah kekuasaan mencakup seluruh Pulau Jawa (kecuali Banten dan Batavia), Pulau Madura dan daerah Sukadana di Kalimantan Barat.

Dari ke-7 pedoman, satu di antaranya “bahni bahna amurbeng jurit” - seorang pemimpin harus selalu berada di depan dengan memberikan keteladanan dalam membela keadilan dan kebenaran.

Menjadi teladan tidaklah mudah. Pemimpin akan selalu disorot publik, tak hanya kebijakan, ucapan dan perilaku perbuatan. Tak hanya pribadi pemimpin, tetapi melebar kepada anggota keluarganya (istri/suami, anak, ponakan dan kerabat dekat) yang juga harus menjadi teladan.

Saya meyakini dengan potensi yang dimiliki negeri kita ini, melimpahnya  sumber daya alam, seni budaya serta kualitas SDM, melalui ketangguhan dan keteladanan para pemimpin di level manapun, semua rintangan dapat dilalui.

Melalui kebersamaan tanpa prasangka, negara kita dapat meraih kembali julukan sebagai “Macan Asia”, bukan “macan yang sedang terlelap”, bukan pula "macan kertas”, apalagi "memacani". Apakah di tahun ini akan muncul tokoh yang bisa membawa bangsa kita kembali menjadi "Macan Asia"? Semoga saja. ( Azisoko *)

Halaman

ADVERTISEMENT

Berita Terkait
2 tahun yang lalu
2 tahun yang lalu
2 tahun yang lalu

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT