“KAKEK, kalau besar nanti cucu ingin menjadi tentara,” kata sang cucu kepada kakeknya.
“Wah bagus itu cita – citamu. Kalau ingin menjadi tentara harus dipersiapkan sejak sekarang. Biasakanlah hidup disiplin, tertib dan teratur serta mandiri. Siap setiap saat, tidak boleh malas – malasan seperti sekarang ini” jawab sang kakek.
“Siap kakek. Mulai besok cucu akan lebih tertib dan disiplin” kata cucu.
Sang kakek tersenyum mendengar janji cucunya, kemudian bertanya “Mengapa kamu ingin menjadi tentara?”
“Kelihatan gagah dan kuat kek. Keren lah..” jawab cucu.
Kembali sang kakek tersenyum mendengar jawaban cucunya. Pikiran pun terbawa ke masa lalu, ketika dulu ayahnya masih menjadi tentara. Hidupnya sangat sederhana, tidak neko – neko. Sangat peduli dengan lingkungan, tak hanya soal pertahanan dan keamanan, juga masalah sosial, ekonomi dan budaya, terkait adat istiadat dan norma sosial.
Yah, tentara memang harus dekat dengan rakyat. Tentara harus merakyat seperti ditekankan oleh Pangdam Jaya, Mayjen TNI Untung Budiharto ketika memimpin Apel Gelar Pasukan Satuan Jajaran Kodam Jaya, di Lapangan Jayakarta, Kamis (27/1/2022).
“TNI adalah Kita, artinya bagaimana sikap kita terhadap Rakyat, karena Rakyat merupakan Ibu Kandung TNI, "tegas Pangdam Jaya.
Itulah sebabnya, TNI harus senantiasa membangun kedekatan dengan rakyat. Mengapa? Jawabnya karena sistem pertahanan TNI adalah pertahanan rakyat semesta. Maknanya, TNI tidak bisa sendiri dalam melaksanakan tugas pertahanan di seluruh wilayah Indonesia yang begitu luas. Dibutuhkan peran serta seluruh elemen masyarakat dalam menjaga pertahanan dan keamanan tersebut.
Itu yang ditekankan Pangdam Jaya kepada jajaran Kodam Jaya agar selalu dekat dengan rakyat. Senantiasa membangun kedekatan dengan dengan seluruh lapisan masyarakat tanpa melihat, apalagi membedakan latar belakangnya, apapun profesinya.
Sang cucu yang sejak tadi menyimak penjelasan kakeknya bertanya “Kalau begitu Bapak Pangdam Jaya, juga tentara rakyat kek?”