JIKA cinta sudah melekat, bini orang tetap saja nikmat! Begitulah kelakuan Encub, 33, dari Karawang (Jabar), dia tega bunuh Ujang, 52, relasi dagangnya gara-gara kasmaran sama bininya. Dengan kerjasama yang amatiran, Ujang berhasil dieksekusi, tapi Encub dan Encih, 39, langsung ditangkap polisi.
Cinta antar kekasih, kadang menyebabkan tindakan di luar nalar, yang menurut pegiat medsos Ade Armando itu namanya tak punya logika dan layak dieskuip saja. Misalnya saja bunuh orang, itu kan melawan hukum dan sanksinya masuk penjara, bahkan kalau direncanakan bisa masuk kubur (dihukum mati). Tapi gara-gara cinta yang membabi buta, pelakunya menghibur diri,”Takkan ketahuanlah wong mainnya rapi.” Memangnya polisi anak kecil, sehingga mudah diakali?
Otak Encub pedagang beras dari Karawang juga seperti itu. Ketika dia kasmaran pada Ny. Encih bini juragan beras Ujang dari Kecamatan Tirtajaya, cara berpikirnya menjadi pendek sekali. Diminta jadi pembunuh tanpa bayaran terhadap Ujang relasi dagangnya selama ini, mau saja. Karena pikirnya, begitu si juragan beras wasalam, dia akan dengan mudah mengawini jandanya. Tak semudah itu, Cak Lontong!
Encub selama ini memasok beras kepada juragan Ujang, yang melayani pembayaran uang istrinya sendiri, Ny. Encih. Sering berhubungan sebagai mitra dagang, kok lama-lama Encub pengin berhubungan intim dengan bini Ujang tersebut. Maklum, Ny. Encih memang tergolong cantik dan bodinya seksi. Istilah sekarang, pokoknya isinya daging semua Bro!
Padahal logikanya, tak mungkin semua daging itu dimakan semua. Tapi begitulah orang cinta, Encub ingin menguasai seluruh tubuh Encih berikut jiwa dan perasaannya. Untuk penjajagan, dia mencoba berbuat nakal-nakal sedikit. Misalnya ketika Encih menyerahkan uang pada Encub, tangannya suka iseng mencubitnya penuh arti. Ternyata yang punya tangan tak bereaksi keras, malah hanya senyum saja. Paling hanya nyeletuk, “Ah, genit lu....” tapi pakai bahasa Sunda.
Sejak itulah Encub merasakan bahwa Encih telah memberikan karpet merah untuknya. Maka semakin berani saja dia bertindak. Jika situasinya sepi, enak saja dia cemol pantat Encih yang memang daging semua. Lagi-lagi tak ada penolakan, sehingga Encub semakin jauh mainnya. Dan yang bikin Encub berbunga-bunga, Encih pernah bilang begini, “Kamu nggak nyesel punya bini janda dan lebih tua darimu?”
Kata-kata itu berarti Ny. Encih siap menjadi bini Encub. Tapi masalahnya, Encih kang bukan manusia bebas merdeka tanpa suami. Lalu bagaimana cara mengatasinya, apa mereka disuruh bercerai saja? Tapi kata Encih, tak ada alasan untuk minta cerai. Maka jika memang serius, lenyapkan saja Ujang dari muka bumi alias dibunuh. Kalau basa komputernya, Ujang cukup didelet saja.
Konyolnya, tanpa pikir panjang Encub kok mau saja dengan saran gila itu. Memangnya bunuh orang itu semudah bunuh kucing? Kucing saja tak boleh dianiaya, karena ada juga pasal KUHP yang mengaturnya. Tapi begitulah, karena ingin segera bisa begituan dengan jandanya Ujang, Encub tanpa banyak pertimbangan langsung menerima tanpa reserve. “Yang penting kita mainnya rapi,” begitu kata Encih yang rupanya sudah juga tergila-gila pada Encub.
Malam jahanam itupun terjadilah. Sekitar pukul 22:00 Encub sudah tertidur di kamarnya. Encih tinggal kirim WA agar Encub merapat ke rumah karena suaminya sudah tidur pules. Dengan mengendap-endap dia masuk ke rumah gendakannya. “Nih alunya, nanti setelah eksekusi kita buruan menikah.” Kata Encih memberi semanggat.
Demikianlah, hanya dengan beberapa pentungan mematikan, Ujang pun meninggal di kamarnya. Pura-puranya Encih menangis histerius. Tapi polisi yang datang kemudian tak semudah itu dibodohi pembunuh amatiran. Dalam waktu cepat langsung diketahui bahwa pembunuhan ini sudah direncanakan, maka hanya dalam beberapa jam Encub dan Encih istri korban langsung ditangkap.
Apakah Encih-Encub siap dihukum mati bersama-sama? (GTS)