CILEGON, POSKOTA.CO.ID - Tingginya harga minyak goreng menimbulkan dampak psikologis kepada sejumlah masyarakat.
Dampak itu mulai terlihat saat subsidi minyak goreng dilakukan oleh pemerintah pada Rabu (19/1/2022). Sejumlah warga memborong salah satu komoditi tersebut karena khawatir program subsidi hanya singkat.
Dampaknya, Kamis (20/1/2022) dan Jumat (21/1/2022), minyak goreng di sejumlah mini market di Kota Cilegon kosong.
Terjadinya panic buying (memborong) terhadap komoditas minyak goreng diakui oleh Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Cilegon, Ema Hermawati.
Ema menjelaskan, panic buying terjadi pada kalangan ibu rumah tangga. Hal itu terjadi karena masyarakat khawatir program subsidi hanya satu hari. Padahal program itu akan bergulir selama enam bulan.
"Karena itu kami mengerahkan tim ke lapangan untuk mengontrol penjualan dan tidak ada penimbunan minyak di ritel-ritel atau di mini market," ujar Ema kepada wartawan, Jumat (21/1/2022).
Ema melanjutkan, sebelumnya, untuk mengantisipasi panic buying terjadi setiap transaksi hanya maksimal 2 liter yang bisa dibeli. Namun, masyarakat mengakali dengan berkali-kali ke mini market atau dengan mengunjungi mini market berbeda.
"Ada juga yang semua anggota keluarganya beli, ibu, bapak, anaknya, mereka masing-masing beli," ujar Ema.
Ema mengatakan, masyarakat diharapkan tidak melakukan hal tersebut karena setiap bulan pemerintah mengalokasikan 250 ribu liter minyak subsidi hingga akhirnya harga minyak kembali stabil.
Ema mengakui, program minyak subsidi baru dilakukan di pasar modern, sedangkan di pasar tradisional harga minyak masih tinggi yaitu Rp19 ribu per liter.
"Pemerintah menggelontorkan program ini hanya untuk dimasukkan ke ritel-ritel seluruh Indonesia, ke Alfamart, Indomaret, Carefour, Hero, Transmart pokoknya yang masuk kategori ritel modern," ujarnya.