Ngomong Sunda, Ah, Aya-aya Wae Si Akang

Jumat, 21 Januari 2022 08:37 WIB

Share

HALO Akang, kumaha damang? Alhamdulillah sae…dst. Begitu kira-kira sapaan yang sehari-hari bagi masyarakat Sunda dengan sesamanya.

Eh,tumben nih, ngomong  Sunda? Ada apa? Ah, biasa saja. Nggak ada apa-apa. Kan boleh dong, kalau kita bertemu dengan sesama kawan saudara atau siapa saja, yang kebetulan satu daerah, ya dari Sunda misalnya. Kan nggak ada salahnya kalau kita ngomong bahasa Ibu?

Begitu juga buat suku lain, Jawa misalnya. Nggak aneh kalau mereka pada ngomong bahasa Jawa. Malah itu yang namanya bahasa Jawa, banyak banget tuh dialeknya, ada Jawa Timur, Jawa Tengah. Wilayah yang paling  unik,  Tegal, Brebes, Cilacap dikenal bahasa Jawa ngapak.

“Kepripun kepriben? Ya, aja kaya kuwe lah. Ya, wis pokoknya enaknya pol!”  begitu kira-kira orang Jawa Tegal,Brebes  pada ngapak.

“Onde mande, lamak bana?” itu tadi sedikit bahasa Padang, sebagai ungkapan rasa terkejut tentang rasa nikmatnya kuliner.

Ya, banyak banget lah, bahasa di  NKRI alias Nusantara ini, dari Barat sampai ke Timur. Jadi bagi warga, kayaknya sedikit yang mampu berbahasa daerah selain bahasa ibunya. Misalnya orang Jawa, mungkin kurang mengerti bahasa dari sebagian besar Sumatera, Kalimantan, Ambon, Sulawesi dan Papua?  Begitu juga sebaliknya.

OLeh sebab itu dalam Sumpah Pemuda sepakat untuk berbangsa satu, bertanah air satu dan termasuk berbahasa satu, yakni Bahasa Indonesia. Jadi diharapkan warga negara Indonesia bisa dan mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Hal ini agar mereka mampu  berkomunikasi satu sama lain. Untuk itu, bahasa Indonesia pun jadi satu  mata pelajaran wajib di sekolah seluruh tanah air.

O iya, seperti pertanyaan sebelumnya. Ada apa sih kok tiba-tba bicara soal bahasa? Apa ada yang nggak beres? Apa ada yang ingin mengganti  bahasa Indonesia dengan bahasa daerah, seiring perpindahan ibukota negara?

Nggak ada itu. Jangan macam-macamlah. Untuk satu macam saja bikin pusinglah Awak!

Itu tuh ada yang protes, ketika seorang pejabat rapat pakai bahasa Sunda. Lho ada yang salah?

Halaman
Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar