Mitigasi Bencana

Kamis 20 Jan 2022, 13:41 WIB

Masyarakat terdampak bencana perlu dibangun secara fisik, mental, moral dan budaya mulai dari upaya pencegahan dini, siaga bencana, hingga daya tahan menghadapi pascabencana. - Harmoko

SEBAGIAN besar penduduk Indonesia dapat diibaratkan “bernapas di tengah lingkaran bencana”. Bagaimana tidak, hampir seluruh wilayah Indonesia terpapar risiko, setidaknya terhadap 10 jenis bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, kebakaran, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem, kekeringan dan likuifaksi atau tanah bergerak.

Hampir 150 juta jiwa berdomisili dan beraktivitas di 386 kabupaten/kota zona rawan gempa bumi. Sedikitnya 5 juta warga pada 233 kabupaten/ kota dibayangi tsunami. Sekitar 1,2 juta jiwa di 75 kabupaten/kota terancam erupsi gunung berapi.

Belum lagi 63,7 juta jiwa yang bermukim di 315 kabupaten/kota rawan banjir, dan sekitar 40,9 juta jiwa tinggal di 274 kabupaten/kota rawan longsor.

Perubahan iklim juga memberikan kontribusi dalam peningkatan bencana hidrometeorologi seperti banjir, kekeringan, kebakaran lahan dan hutan.

Ditambah lagi aktivitas manusia yang ikut memperburuk kondisi lingkungan seperti perambahan hutan untuk perkebunan dan permukiman atau aktivitas pembangunan yang mempengaruhi ekosistem dan ekologi di daerah penyangga.

Faktor alam dan lingkungan inilah sebagai penyebab terbesar bencana alam di negeri kita yang memperlihatkan tren peningkatan.

Indonesia, menurut Bank Dunia, negara peringkat ke-12 dari 35 negara di dunia yang memiliki risiko tinggi terhadap korban jiwa dan kerugian sosial ekonomi akibat dampak dari berbagai jenis bencana.

Rata-rata kerugian akibat bencana setiap tahunnya lebih dari Rp22,85 triliun seperti dilansir dari situs Kementerian Keuangan. Kerugian terbesar saat tsunami Aceh tahun 2004 sebesar Rp51,4 triliun dan gempa Yogya tahun 2006 sebesar Rp29,15 triliun. Kerugian akibat banjir di Jakarta tahun 2007 mencapai Rp5,18 triliun. Ada juga kerugian cukup besar akibat kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2015 sebesar Rp16,1 triliun.

Sepanjang tahun 2021, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 3.092 bencana, terbanyak banjir, cuaca ekstrem dan tanah longsor. Dampaknya lebih besar dan luas, baik meningkatnya jumlah korban yang meninggal dunia maupun luka-luka, dibandingkan tahun sebelumnya. Belum lagi puluhan ribu warga yang kehilangan tempat tinggalnya, pekerjaannya, akses sosial ekonomi dan budayanya, yang bisa saja menyisakan trauma.

Lantas bagaimana dengan tahun 2022 ini? Pakar supranatural dan ahli spiritual meramalkan bencana masih akan terjadi di tahun ini. Mitos yang beredar, jika paku Pulau Jawa (Gunung Semeru) bergetar (meletus pada 4 Desember 2021), maka akan menimbulkan berbagai macam bencana, termasuk meningkatnya curah hujan dan gelombang pasang. Bahkan, ada yang meramalkan tahun ini akan ada letusan gunung yang lebih dahsyat.

Berita Terkait

Korupsi BUMN

Kamis 27 Jan 2022, 11:09 WIB
undefined

Macan Asia

Senin 31 Jan 2022, 07:00 WIB
undefined

Wadas yang Waras

Senin 14 Feb 2022, 07:00 WIB
undefined
News Update