SIAPA tak dongkol, ditinggal kerja di Arab Saudi uang kirimannya kok malah dipakai suami kawin lagi di Bandung. Maka Ny. Limarsih, 35, balas dendam dengan mau dikawini orang Pakistan. Gede orangnya, gede penghasilannya, tentu gede pula barangnynya, maksudnya: aset gitu lho!
Godaan suami atau istri yang ditinggal pasangannya jadi pekerja luar negeri adalah hadirnya rasa sepi yang berkepanjangan. Bagi yang beriman, memperbanyak puasa sunah, karena dengan puasa bisa menurunkan gairah. Tapi bagi yang tak sabaran, tinggal cari PIL atau WIL, begitu saja kok repot. Jelas ini solusi yang direkomendasikan kalangan setan, sehingga tak perlu diladeni. Sebab bagaimanapun juga iman jangan kalah sama “si imin”.
Dua tahun lalu keluarga Gobed Gadrun, 40, dengan Limarsih sebagai istrinya, masih keluarga miskin di daerah Bandung. Untuk memperbaiki nasib, Limarsih pun mendaftarkan diri sebagai TKW dengan tujuan Arab Saudi (Riyadh). Gajinya lumayan, sehingga tiap bulan bisa kirim uang ke kampung halaman, untuk suami dan anaknya.
Tapi Gobed Gadrun memang tak bisa menjaga amanah. Uang yang mestinya untuk menunjang ekonomi sehari-hari dan memperbaiki rumah, justru dipakai untuk main perempuan. Maklum, semenjak istri di Arab Saudi, dia menjadi sangat kesepian. Malam hari biasanya ada yang ditunggu, kini nol tanpa harapan. Padahal udara Bandung belakangan semakin dingin, sampai 5 drajat di bawah nol.
Iman Gobed memang setipis selotip kabel, sehingga sebagian besar uang kiriman dari Arab itu dipakai untuk bersenang-senang dengan perempuan luaran. Mestinya uang dari Arab itu bisa untuk beli sawah, eh....malah dibuat beli “sawah” yang tak seberapa luas. Jangankan beli sawah, anaknya saja jarang dikasih uang hasil jerih payah emaknya di Timur Tengah, karena Gobed terus berburu sawah yang tanpa pematang, untuk bisa dicangkul kapan saja di mana saja sambil minum Coca Cola.
Istrinya memang tak pernah tanya, untuk digunakan apa saja uang kirimannya. Limarsih juga tak pernah minta bukti pengeluaran. Walhasil Gobed Gadrun semakin gila menghambur-hamburkan uang. Istri kerja banting tulang di Arab, dianya malah “banting-bantingan” dengan perempuan lain.
Pas dua tahun sesuai kontraknya, Limarsih pulang. Lha kok ada berita yang sangat mengagetkan, suami mau nikah lagi dengan janda. Suasana di rumah juga tak ada perubahan, masih yang lama dulu, lantai mester bukan keramik KW-1. Anak ditanya, mengaku jarang diberi uang oleh bapaknya. “Dasar lelaki terkutuk, dibela-belaian kerja di Arab, kok uangnya dipakai kawin lagi. Dasar.......” kata batin Limarsih.
Akhirnya, dia memutuskan kembali ke Arab Saudi, kembali ke majikan lama. Kebetulan sekali majikan menawari pekerjaan lain yang lebih menjanjikan, yakni jadi istri pengusaha asal Pakistan, namanya Maher Khan. Untuk membalas sakit hati, langsung saja mau, meski baru melihat lewat foto.
Singkat cerita, Limarsih hidup bahagia bersama suami baru. Sang suami memang termasuk lelaki konglomerat, bebas utang apa lagi dana BLBI. Bersama Maher Khan ibarat kata Limarsih cukup mamah karo mlumah. Sedangkan Gobed Gadrun di Bandung hidup pas-pasan karena sudah tak ada lagi bantuan asing.
Kawin modal bonggol doang! (GTS)