JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Anggota Komisi Riset DPR RI, Mulyanto, meminta pemerintah mengembalikan status kelembagaan penelitian Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman yang baru saja dilebur ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Pasalnya, kata dia, perubahan status Eijkman bukan saja akan menimbulkan kegaduhan tapi juga dapat mengganggu aktivitas penelitian tanah air.
"Pemerintah sebaiknya mengembalikan status Lembaga Biologi Molekular Eijkman seperti semula yakni sebagai lembaga riset independen yang bertanggung-jawab langsung kepada menteri," kata Mulyanto dalam keterangan yang diterima Poskota, Selasa (18/1/2022).
Mulyanto mengaku dirinya mengikuti perkembangan aktivitas LBM Eijkman (sekarang Pusat Riset Biologi Molekular Eijkman) sejak masih menjabat sebagai Sesmenristek di tahun 2010. Menurutnya, perkembangan LBM Eijkman sangat luar biasa karena berhasil ditetapkan sebagai salah satu Pusat Unggulan Iptek (PUI) oleh Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).
"Produktivitas risetnya tinggi dan berkualitas. Hari ini saja rata-rata satu orang peneliti berhasil menerbitkan 2 buah karya ilmiah di jurnal internasional bergengsi. Tidak banyak lembaga riset dengan kualifikasi seperti itu," ujar Mulyanto.
Prestasi tersebut, kata Mulyanto, bisa dicapai karena fleksibilitas kelembagaan LBM Eijkman. Eijkman memang bukan lembaga riset seratus persen pemerintah, yang secara organik berada di bawah Kemenristek. Namun ia adalah lembaga yang bertanggungjawab kepada Menristek secara langsung sejak zaman Habibie
"Sebagian anggaran memang dibantu oleh Kemenristek, namun LBM Eijkman secara leluasa dapat bekerjasama dengan lembaga riset nasional dan internasional lalu mengelola secara mandiri kelembagaannya. Sudah barang tentu terkait anggaran dan SDM pemerintah dilaporkan akuntabilitasnya," jelas Mulyanto.
Lokasi laboratoriun LBM Eijkman yang dekat dengan FKUI/RSCM juga menjadi salah satu faktor keberhasilan itu. Sebab peneliti Eijkman jadi lebih mudah untuk mengakses data dan informasi kasus-kasus medis.
Termasuk mengakses informasi peralatan dan bahan terbaru. Kemudahan lain adalah memungkinkan untuk merekrut para doktoral medik F-KUI, termasuk para dosennya, untuk ikut meneliti tema-tema riset unggulan mereka.
Dengan kondisi kelembagaan dan SDM unggulan di bidang biologi molekuler medik itu, Mulyanto berujar, terjadi akumulasi pengetahuan (knowledge production) yang sangat besar di lembaga ini.
"Jangan dilebur ke dalam BRIN dan sekedar menjadi sebuah unit kerja setingkat pusat, karena dengan melebur itu sama dengan membunuhnya," tandas Mulyanto.(*)