ADVERTISEMENT

Perang Dunia Ketiga dan Perang Saudara

Senin, 17 Januari 2022 12:55 WIB

Share
Ilustrasi rudal.(ist)
Ilustrasi rudal.(ist)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Negara yang sedang dipertaruhkan oleh Amerika Serikat melalui koalisi tersebut adalah Taiwan, negara produsen mikrochip nomor satu dunia, yang menurut RRC negara Taiwan adalah bagian dari Satu China.

Menurut Amerika Serikat secara pertahanan Taiwan harus didukung oleh Amerika Serikat (walau tidak pernah mengatakan secara kemerdekaan dari RRC harus didukung).

Isu Uyghur juga menjadi tambahan alasan bagi Amerika Serikat untuk melancarkan tekanannya terhadap RRC. Amerika Serikat mengancam akan mempermalukan China dengan boikot Olimpiade Musim Dingin China 2022 karena hal-hal tadi.

Di Eropa Timur, Amerika Serikat bersama NATO mendukung Ukraina dan Georgia menjadi anggota. Isu ini di mata Rusia adalah pernyataan permusuhan secara fisik, karena apabila Ukraina dan/atau Georgia menjadi anggota NATO maka misil-misil seluruh anggota NATO berhak ditaruh kedua negara tersebut di dekat perbatasan dengan Rusia dan mengarah ke kota-kota negara Rusia.

Berlarut-larutnya negosiasi antara Rusia dan NATO dapat berimbas pada krisis energi di Eropa Barat karena Rusia adalah negara produsen Gas terbesar untuk Eropa Barat. Sejauh ini, juga akibat dari pandemi, harga energi di Eropa Barat telah mengalami inflasi.

Menantang Rusia dan China yang mutlak berada di posisi 2 dan 3 sesudah Amerika Serikat pada Global Fire Power Index 2021 serta sama-sama memiliki persenjataan nuklir dan alutsista yang modern adalah tindakan gegabah berikut dari Amerika Serikat setelah masalah sosial, politik, keamanan dan ekonomi domestiknya yang sedang rapuh.

Bukannya bersama-sama menyelesaikan masalah krisis inflasi global baik disisi barang maupun energi akibat dari pandemi dan merubah fundamental USD yang selama ini mengacu terhadap Migas serta merangkul masyarakat domestiknya yang terbelah, Presiden Joe Biden memutuskan untuk menciptakan Perang Dingin jilid 2 terhadap Rusia dan China.

Dunia semenjak itu mengalami perlombaan baru di dunia persenjataan perang yaitu pasukan perang siber, misil Hipersonik dan Kecerdasan Buatan (AI).

Khusus untuk isu perlombaan pengembangan AI, Presiden Rusia Vladimir Putin pernah menyatakan bahwa negara yang paling mapan dalam pengembangan AI akan menjadi penguasa dunia, namun bahaya dari pengembangan AI ini adalah belum adanya standard etika dari pengembangan AI serta belum adanya regulator global yang melakukan supervisi dari produk ini.

Kemampuan AI yang sekarang telah melampaui kecerdasan manusia adalah ancaman serius bagi keamanan dunia, terutama dalam sisi Machine Learning. Strategi militernya kemungkinan sudah jauh di atas kecerdasan ahli perang manapun di dunia.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT