Perang Dunia Ketiga dan Perang Saudara

Senin 17 Jan 2022, 12:55 WIB
Ilustrasi rudal.(ist)

Ilustrasi rudal.(ist)

Rakyat memang tetap memiliki hak Pemilu, namun himpitan ekonomi ditingkat grassroot terasa bagaikan hidup di negara Autokrasi (meskipun prokes ketat ini juga bersama-sama dijalankan oleh seluruh negara dunia).

Untuk negara-negara seperti Amerika Serikat yang masyarakatnya terbelah oleh dua kubu ekstrem, reposisi negara-negara ini dari Demokrasi menjadi Anokrasi adalah bagaikan api di dalam sekam.

Kemampuan masing-masing pemimpin negara dalam menjaga stabilitas sosial, politik, keamanan dan ekonomi dalam negeri adalah keharusan demi menghindari terjadinya Perang Saudara.
 
Diisu energi, Amerika Serikat sangat berkomitmen pada inisiatif global dalam isu Climate Change. Suatu semangat demi menjaga pemanasan dunia dari penggunaan bahan bakar fosil dan meninggalkan teknologi yang bersumbangsih pada efek rumah kaca yang melukai ozon serta menghasilkan polusi dunia.

Namun kesepakatan tua antara Saudi Arabia dan Amerika Serikat dimasa lalu yang menyetujui USD sebagai alat tukar terhadap Minyak Bumi dunia menjadi hantu masa depan USD apabila Amerika Serikat memutuskan menjauh dari Migas.

Tidak cukup sampai disitu, potret makroekonomi Amerika Serikat sendiri menunjukkan imbal hasil T-Bills mereka berada di posisi negatif secara riil.

Sosial, politik, keamanan dan ekonomi domestik Amerika Serikat yang sedang berada di ujung tanduk yang dapat menggiring ekonomi dan keamanan seluruh dunia berada dikehancuran dengan diperparah oleh petualangan geopolitik Amerika Serikat di Laut China Selatan serta di Eropa Timur.

Koalisi AUKUS dibantu oleh beberapa negara-negara Persemakuran Inggris Raya menantang RRC dalam pengaruh di kawasan tersebut.

Negara yang sedang dipertaruhkan oleh Amerika Serikat melalui koalisi tersebut adalah Taiwan, negara produsen mikrochip nomor satu dunia, yang menurut RRC negara Taiwan adalah bagian dari Satu China.

Menurut Amerika Serikat secara pertahanan Taiwan harus didukung oleh Amerika Serikat (walau tidak pernah mengatakan secara kemerdekaan dari RRC harus didukung).

Isu Uyghur juga menjadi tambahan alasan bagi Amerika Serikat untuk melancarkan tekanannya terhadap RRC. Amerika Serikat mengancam akan mempermalukan China dengan boikot Olimpiade Musim Dingin China 2022 karena hal-hal tadi.

Di Eropa Timur, Amerika Serikat bersama NATO mendukung Ukraina dan Georgia menjadi anggota. Isu ini di mata Rusia adalah pernyataan permusuhan secara fisik, karena apabila Ukraina dan/atau Georgia menjadi anggota NATO maka misil-misil seluruh anggota NATO berhak ditaruh kedua negara tersebut di dekat perbatasan dengan Rusia dan mengarah ke kota-kota negara Rusia.

Berlarut-larutnya negosiasi antara Rusia dan NATO dapat berimbas pada krisis energi di Eropa Barat karena Rusia adalah negara produsen Gas terbesar untuk Eropa Barat. Sejauh ini, juga akibat dari pandemi, harga energi di Eropa Barat telah mengalami inflasi.

Berita Terkait

News Update