JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Wakil Presiden (Wapres) KH Ma'ruf Amin menegaskan pekerjaan rumah (PR) kita semua bagaimana meningkatkan jumlah angkatan kerja berpendidikan tinggi. Sebab angkatan kerja saat ini masih didominasi lulusan SMA.
"Kita masih memiliki pekerjaan rumah yang cukup berat untuk meningkatkan jumlah angkatan kerja berpendidikan tinggi," ungkap Wapres saat Orasi Ilmiah dalam rangka Wisuda S1 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIS) Syaichona Moh. Cholil Bangkalan di Gedung Serbaguna Rato Ebuh di Jl. Jend. Ahmad Yani No. 1, Kasorjan, Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur, Kamis (13/01/2022).
Wapres menyampaikan berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS Tahun 2021, persentase penduduk yang menyelesaikan pendidikan S1 hingga S3 pada 2021 meningkat 2,2% dibandingkan 10 tahun sebelumnya.
"Namun, angkatan kerja saat ini masih didominasi lulusan SMA dengan proporsi sekitar 32%. Sedangkan persentase lulusan pendidikan tinggi baru sekitar 10% sampai 12% dari 138 juta angkatan kerja pada 2020," tambah Wapres.
Untuk itu, lanjut Wapres, pemerintah berkomitmen untuk terus mengembangkan SDM Indonesia hingga tercapai SDM unggul yakni generasi emas berkarakter dan berwawasan global.
Menurutnya, salah satu kunci keberhasilan dalam melaksanakan pekerjaan besar tersebut adalah kolaborasi melalui peran aktif seluruh lembaga pendidikan, khususnya sekolah tinggi.
"Setidaknya ada 5 tantangan utama bagi lembaga pendidikan tinggi untuk dapat berkontribusi secara konkret. Pertama, mendorong penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)", ujar Wapres.
Penguasaan iptek pun, kata Wapres juga harus diimbangi dengan penguatan keimanan, nasionalisme, dan akhlak mulia.
"Tujuannya agar pemanfaatan iptek benar-benar membawa kemaslahatan bagi bangsa dan negara, sementara kita tetap mampu menjaga identitas diri di tengah berbagai tantangan dunia modern," urainya.
Adapun tantangan kedua, sebut Wapres, adalah pengembangan pendidikan berbasis teknologi digital. Perguruan tinggi harus bisa memanfaatkan teknologi digital secara optimal terutama di masa pandemi Covid-19 sekarang ini, sehingga proses pembelajaran tetap terus berlanjut meskipun dilaksanakan secara online.
"Namun demikian, kita tidak boleh meninggalkan cara belajar secara tatap muka (musyafahah) seperti diajarkan oleh para salafunas solihun," tegasnya.
Selanjutnya tantangan ketiga, menurut Wapres adalah bagaimana memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan talenta, serta mendorong kreativitas dan inovasi.
"Saat ini pemerintah telah membuka kesempatan untuk 'merdeka belajar', sementara pendidikan tinggi dituntut untuk responsif dan bijak dalam penerapannya," ujar Wapres.
Tantangan keempat, tutur Wapres, adalah bagaimana mengimplementasikan iptek sesuai konteks dan kearifan lokal. Seperti halnya STAIS Syaichona Moh. Cholil yang terlahir dari lingkungan pondok pesantren.
Terakhir, Wapres menyebutkan bahwa tantangan kelima pendidikan tinggi dalam mewujudkan generasi emas berkarakter dan berwawasan global, adalah bagaimana memperluas jejaring kerja sama, baik dengan pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi profesi dan kemasyarakatan, dunia usaha dan industri, hingga media, baik di dalam maupun di luar negeri.
Sebelumnya, Ketua STAIS Syaichona Moh. Cholil, RKH Moh. Nasih Aschal melaporkan bahwa STAIS Syaichona Moh. Cholil mewisudawan STAIS sebanyak 175 mahasiswa.
"Terdiri dari 40 wisudawan Program Studi Bahasa Arab (PBA), 100 wisudawan Program Studi Ekonomi Syariah (ESy) dan 35 wisudawan Program Studi Hukum Pidana Islam (HPI)," urainya.
Tampak hadir dalam acara ini Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Bupati Bangkalan Abdul Latif Amin
Imron, Ketua dan Jajaran Pengurus Yayasan Ma’arif Syaichona Moh. Cholil, serta segenap sivitas akademika STAIS Syaichona Moh. Cholil beserta wisudawan dan wisudawati angkatan ke-10. (johara)