Pemerintah Targetkan Penurunan Angka Stunting Manjadi 14 Persen di 2024

Selasa 11 Jan 2022, 20:48 WIB
Menkes Budi Gunadi Sadikin saat memberikan keterangan rencana booster. (foto: biro pers)

Menkes Budi Gunadi Sadikin saat memberikan keterangan rencana booster. (foto: biro pers)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mrngungkapkan, Pemerintah menargetkan menurunkan angka stunting di tahun 2024 sebesar 14 persen.

"Dengan angka stunting di tahun 2021 sebesar 24,4 persen maka untuk mencapai target tersebut diperlukan penurunan 2,7 persen di setiap tahunnya," tutur Budi, Selasa (11/01/2022).

Itu disampaikan Budi dalam keterangannya usai menghadiri Rapat Terbatas (Ratas) mengenai Strategi Percepatan Penurunan Stunting yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo, Selasa (11/01/2022), secara virtual.

Menkes menjelaskan untuk mencapai target tersebut pemerintah melakukan dua intervensi holistik yaitu intervensi spesifik dan intervensi sensitif. 

Budi menjelaskan sampai saat ini terdapat dua alasan masih banyak anak bangsa yang lahir dalam keadaan stunting, yaitu sekitar 23 persen anak sudah lahir dalam keadaan kurang tinggi (stunted), akibat kurang gizi selama masa kehamilan dan kekurangan asupan protein hewani pada makanan pendamping ASI yang mulai diberikan sejak usia enam bulan.

"Begitu dia sudah selesai ASI, dia harus diberikan makanan tambahan. Di situ banyak yang meleset, banyak kekurangannya sehingga angkanya naik lagi dan dua titik lemah inilah yang kita fokuskan di intervensi spesifik yang menjadi tanggung jawab kami," tegasnya.

Dijelaskan Budi, intervensi spesifik adalah intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) dan kepada ibu sebelum dan di masa kehamilan, yang umumnya dilakukan di sektor kesehatan.

Sedangkan intervensi sensitif dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan dan merupakan kerja sama lintas sektor.

"Untuk menurunkan stunting, 30 persen bergantung kepada intervensi spesifik (dan) 70 persen bergantung kepada intervensi sensitif,” imbuhnya.

Budi menyampaikan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai pelaksana percepatan penurunan angka stunting nasional akan mengoordinasikan upaya intervensi tersebut dengan melibatkan kementerian/lembaga terkait.

"Kami di Kementerian Kesehatan membantu Pak Kepala BKKBN konsentrasi yang intervensi spesifik, yang 30 persennya," papar Budi.

Menkes memaparkan, pihaknya melakukan tiga intervensi spesifik sebelum kelahiran.

Pertama, pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri dan ibu hamil serta peningkatan asupan gizi.

"Yang kita lakukan adalah kita sudah mengubah Permenkes yang tadinya hanya memberikan Tablet Tambah Darah (TTD) menjadi mengonsumsi,” imbuhnya.

Kedua, meningkatkan pelaksanaan konsultasi ibu hamil dari empat kali menjadi enam kali.

"(Konsultasi) harus dengan dokter, supaya kalau ada perkembangan yang kurang bagus dari kehamilan sehingga menyebabkan stunting, dokter bisa tahu dan bisa melakukan intervensi medis," papar Budi.

Ketiga, memantau perkembangan janin selama kehamilan.

Kemenkes akan melengkapi seluruh puskesmas dengan peralatan USG.

Saat ini baru sekitar dua ribu puskesmas yang memiliki USG. (johara)

Berita Terkait

News Update