JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pengamat Sosial Politik Arya Wisnuardi mengatakan, bangkitnya kembali Taliban di Afghanistan akan memunculkan sistem politik baru yang perlu diwaspadai.
Hal tersebut dikarenakan dapat mengancam sistem demokrasi yang saat ini sedang dijalankan oleh banyak negara, tak terkecuali Indonesia, Minggu (26/12/2021).
"Kewaspadaan kita sebagai bangsa Indonesia itu perlu juga melihat bahwa kebangkitan kembali Taliban dapat memunculkan sistem pemerintahan baru, yaitu nomokrasi," kata Arya dalam Diskusi Publik bertajuk, 'Kemenangan Taliban: Antara Euforia dan Keindonesiaan Kita' yang diselenggarakan Serikat Mahasiswa Universitas Paramadina, Jakarta, kemarin.
Arya melanjutkan, kemenangan Taliban juga dapat memotivasi gerakan kelompok radikal tanah air kembali melancarkan aksinya.
Karena ada beberapa kelompok radikal di Indonesia yang menyatakan kemenangan Taliban sebagai kebangkitan Islam.
"Ada beberapa organisasi yang berafiliasi dengan kelompok radikal di sini yang menyatakan bahwa itu (kemenangan Taliban) adalah kebangkitan Islam," tuturnya.
Hal senada juga disampaikan Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi.
Ia mengungkapkan yang dikhawatirkan dari kebangkitan Taliban adalah resiliensi idiologisnya di Indonesia yang disebabkan oleh adanya beberapa pandangan bahwa kemenangan Taliban sebagai kebangkitan khilafah di dunia.
"Yang kemudian kita takutkan bukan kemudian (Taliban) melakukan eksportasi pejuang atau mereka melakukan importasi pejuang, bukan itu. Yang kita takutkan adalah resiliensi idiologisnya di seluruh dunia karena banyak sekali produk-produk Afghanistan ini yang masih menggeliat di banyak negara," ujarnya.
Terlebih, lanjutnya, fakta menunjukkan sejumlah teroris yang ditangkap di Indonesia memiliki buku yang sama dengan buku-buku dari kelompok Taliban, yaitu Managemen Kebiadaban yang ditulis Abu Bakar Naji.
Lihat juga video “Cuaca Ekstrim Jelang Nataru, Lebak Jadi Supermarket Bencana”. (youtube/poskota tv)
"Sama persis (bukunya). Ini sudah saya lakukan studi komparasinya, saya sudah melakukan studi komparasi ke Afrika, saya sudah pernah ke Nigeria, saya juga pernah melakukan studi komparasi literatur dengan gerakan radikal di Sudan, saya sudah 3 kali ke Afrika. Saya sudah beberapa kali ke negara di Asia Tengah dan Tenggara dan semuanya sama," tuturnya.