LELAKI selalu bangga akan keperkasaannya. Maka Choiron, 40, dari Surabaya ini malu habis ketika dibilang istrinya impoten, di depan publik lagi. Meski pihak PN Surabaya sudah berusaha mendamaikan, tapi Choiron tetap pidanakan istrinya. “Kena 9 bulan penjara, lumayan buat pelajaran.” Katanya.
Lemah syahwat, impoten, adalah penyakit yang sangat dihindari lelaki. Karena ini sangat memalukan, yang terkena impotensi tentu berusaha berobat semaksimal mungkin. Berobat sampai ke manapun akan ditempuh, yang penting itu barang bisa tegak perkasa bagaikan gedung Sapta Pesona di Jl. Merdeka Barat. Kasihan kan, punya bini cantik seperti pemain sinetron sejuta episode, tapi hanya dianggurkan saja sepanjang masa.
Choiron warga kota Surabaya, sedang tidak nyaman oleh sebutan “suami impoten” yang dihembuskan oleh istri sendiri, Kadarwati, 35. Dia bingung untuk menetralisir berita yang kadung tersebar di lingkungannya itu. Bagaimana caranya untuk meyakinkan publik bahwa dirinya bukanlah lelaki impoten. Apakah harus pasang baliho di pojok-pojok kampungnya dengan foto dirinya dan teks besar-besar: Burungku tetap berkepak. Atau: kepak keburunganku tak diragukan lagi.
Tapi ide itu tak jadi diwujudkan, sebab nanti justru akan diolok-olok orang, “Ini Choiron mau nyapres, apa mau pamer burung?” Cara satu-satunya untuk bikin jera istri hanyalah dengan mempidanakan lewat Pengadilan. Sebab meski tak pernah kuliah di Fakultas Hukum Unair pun, dia tahu bahwa hukum itu tak kenal saudara dan famili.
Kisahnya bermula dari pembelian mobil lewat leassing. Sebetulnya keluarga Choiron belum mapan-mapan amat. Tapi jaman sekarang jika tak punya mobil apa kata dunia? Maka 5 tahun lalu suami istri ini leasing mobil Daihatzu Xenia dengan angsuran Rp 4,5 juta dengan tenor 5 tahun, adapun DP-nya Rp 38 juta. Sampai tahun 2020 awal, cicilan lancar. Tapi begitu Corona menerpa Indonesia Maret 2020, usaha Choiron terpengaruh, sehingga untuk mencicil mobil Rp 4,5 juta sebulan pusing tujuh keliling.
Choiron terlalu memikirkan benar kewajiban bulanan tersebut. Sungguh tak dinyana, ternyata hal itu berimbas pada urusan ranjang. Dia tak mampu lagi menjalankan kewajiban sebagai suami secara baik. Bahasa kasar dan vulgarnya: Choiron mendadak impoten atau lemah syahwat. Burung miliknya tak lagi tegak dan tegar macam gedung Sapta Pesona, Jakarta.
Tambah pusing lagi, mertua Kadarwati ya orangtua suami, minta suntikan dana untuk ekonomi sehari-hari Rp 1 juta perbulan. Dikasih bagaimana, tak dikasih juga bagaimana. Apa mungkin Kadarwati lapor pada mertua, “Pak, gara-gara mikir cicilan, anak lelakimu impoten sekarang!” Jelas nggak mungkin kan? Karenannya dana hibah untuk mertua jumlahnya tidak bisa selalu penuh.
Meski banyak rintangan dan halangan, alhamdulillah cicilan mobil itu selesai dan bulan Oktober lalu BPKB-nya bisa diambil. Tapi sewaktu tiba di parkiran kantor leassing, mendadak suami istri ini ribut, bahkan kemudian Kadarwati nyeletuk. “Kurang sabar apa saya sebagai istri, 2 tahun sampeyan impoten, saya diam saja. Aku kan tak tega ngomong sama kedua orangtuamu!”
Ucapan itu didengar oleh tukang parkir dan orang yang berlalu lalang. Lalu semua mata ke arah Choirun, dari kepala sampai bawah pusernya. Tak enak jadi tontonan orang, Choiron segera tancap gas bersama istrinya. Ribut rupanya dilanjutkan dalam mobil, bahkan sampai rumah.
Tapi rupanya Choiron tersinggung banget disebut impoten di depan publik, sehingga dia langsung lapor polisi dan berlanjut ke sidang di PN Surabaya. Sebelum disidangkan majelis hakim minta untuk damai sajalah, wong urusan kecil ini. Tapi Choirun bersiteguh untuk mempidanakan bininya. Biar hanya 9 bulan pidananya, tapi kan lumayan untuk pelajaran.
Kalau ini dianggap pelajaran, kapan ulangan umumnya? (GTS)