MC Berbahasa Jawa Sepi Job, Dosen UI Berikan Pelatihan Literasi Digital di Karanganyar untuk Pengembangan Kapasitas

Selasa 30 Nov 2021, 02:44 WIB
Para pelaku pambiwara (master of ceremony ‘MC’) bahasa Jawa di bawah naungan Sanggar Budaya Jawa Parikesit di Karanganyar. (foto: ist)Sanggar Budaya Jawa Parikesit berawal dari paguyuban di tahun 1997 dipimpin oleh KRAT Purwadi Hadinegoro, SE

Para pelaku pambiwara (master of ceremony ‘MC’) bahasa Jawa di bawah naungan Sanggar Budaya Jawa Parikesit di Karanganyar. (foto: ist)Sanggar Budaya Jawa Parikesit berawal dari paguyuban di tahun 1997 dipimpin oleh KRAT Purwadi Hadinegoro, SE

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pandemi Covid-19 telah mengubah tatanan kehidupan masyarakat dalam berbagai sektor. Adanya pandemi, para pekerja seni pun sangat berdampak, sepi tanggapan.

Termasuk para pelaku pambiwara atau master of ceremony (MC) berbahasa Jawa, mereka sepi job atau sepi tanggapan.

Hal ini seperti dirasakan oleh para MC berbahasa Jawa di bawah naungan Sanggar Budaya Jawa Parikesit di Karanganyar. Pada hari-hari sebelum pandemi, mereka bisa mendapat 4 kali tanggapan, sekarang sangat minim. 

Dalam hal inilah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) mendekatkan para pelaku seni pambiwara atau MC berbahasa Jawa untuk adaptasi teknologi adalah dengan memberikan pelatihan literasi digital kepada para anggota Sanggar Budaya Jawa Parikesit.

Hal tersebut diungkapkan Tim Pengmas (Pengabdian Masyarakat) terdiri dari Widhyasmaramurti, MA. yang biasa dipanggil Mara, bersama tim dosen FIB UI lainnya memberikan Pelatihan Literasi digital di Karanganyar untuk Pengembangan Kapasitasnya di Era Milenial saat ini.

 

Pelatiahan Literasi digital untuk para pembiwara (MC) berbahasa Jawa, yang diadakan dosen FIB UI secara daring. (foto: ist)

Menurut Mara, masyarakat perlu beradaptasi dengan teknologi untuk dapat mengikuti arus perkembangan ritme kehidupan yang berubah dari tatap muka konvensional secara langsung (luring) beralih menjadi tatap muka melalui dunia maya (daring). 

Tatap muka secara luring terkoneksi melalui berbagai aplikasi seperti Zoom, Googlemeet, Skype, videocall seperti whatsapp dan aplikasi lainnya. 

Aplikasi tersebut berkembang seiring kemajuan teknologi. Maka di masa pandemi ini, bisa dikatakan jika teknologi semakin mempermudah kehidupan manusia. 

Terutama sejak adanya pembatasan aktivitas yang menyebabkan banyaknya pekerja beralih menjadi pekerja mandiri di rumah, teknologi adalah jembatan komunikasi di tengah keterbatasan.

Keterbatasan tersebut juga muncul dalam banyak bentuk karena adanya pembatasan untuk mendukung penyebaran virus Corona.

Pembatasan kegiatan yang melibatkan berkumpulnya banyak orang dalam satu tempat, seperti pernikahan, sunatan, maupun beragam pertunjukan kesenian, menjadi lumrah untuk tidak diadakan.

Berita Terkait
News Update