Sri Mulyani: Pemerintah Telah Merancang APBN 2022, Pertumbuhan Ekonomi 5,2 Persen, Kemiskinan Turunn9 Persen

Senin 29 Nov 2021, 22:02 WIB
 Menkeu Sri Mulyani Indrawati saat menjelaskan rancangan APBN 2022.(foto: biro pers)

 Menkeu Sri Mulyani Indrawati saat menjelaskan rancangan APBN 2022.(foto: biro pers)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Tahun 2021 akan segera berakhir, Pemerintah telah merancang Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) tahun 2022.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa APBN tahun 2022 disusun dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 5,2 persen.

"Selain itu, inflasi 3 persen, nilai tukar Rp14.350 per dolar Amerika, suku bunga surat berharga negara 10 tahun di 6,8 persen, harga minyak 63 dollar per barrel, lifting minyak 703.000 barrel per hari, dan lifting gas 1.000.036 barrel per hari," terang Sri Mulyani.

Itu disampaikan Menkeu usai menghadiri Penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Buku Daftar Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa Tahun 2022 di Istana Negara, Jakarta, Senin (29/11/ 2021).

Ia menambahkan untuk sasaran-sasaran yang akan dicapai tahun 2022 yaitu tingkat pengangguran tahun depan diharapkan akan menurun pada level 5,5 hingga 6,3 persen.

"Tingkat kemiskinan diharapkan akan bisa turun di bawah 9 persen lagi, yaitu antara 8,5 hingga 9 persen. Gini ratio akan membaik di 0,376 hingga 0,378,' tutur Sri Mulyani.

Menkeu menjelaskan i deks pembangunan manusia akan terus meningkat di 73,41 hingga 73,46. Nilai tukar petani akan dijaga di atas 100 yaitu 103 hingga 105, dan nilai tukar nelayan di 104 tinggal 106.

'Untuk tahun depan pendapatan negara sesuai dengan undang-undang adalah sebesar Rp1.846,1 triliun, terdiri atas perpajakan Rp1.510 triliun, PNBP (penerimaan negara bukan pajak) Rp335 triliun, dan hibah Rp0,6 triliun," papar Sri Mulyani.

Belanja negara tahun depan mencapai Rp2.714,2 triliun, di mana belanja pemerintah pusat mencapai Rp1.944,5 triliun dan TKDD Rp769,6 triliun.

]Tahun depan kita masih mengalami defisit sebesar 4,85 persen dari PDB atau Rp868 triliun.

Sri Mulyani mengatakan bahwa aktivitas konsumsi dan produksi masyarakat yang telah meningkat akan terus menjadi bekal untuk masuk ke tahun 2022 yang lebih kuat lagi dari sisi pemulihan ekonomi.

Berita Terkait

News Update