Bayangkan, demi keadilan dia harus tidur di rumah bini pertama Senin sampai Rabu, lalu Kamis hingga Sabtu tinggal di bini kedua.
Lalu malam Minggunya ke mana? Nginep di pos Satpam? Atau jatah malam minggu diundi saja pada kedua istrinya.
Tapi menyelenggarakan undian berhadiah kan harus izin Kementrian Sosial.
Maka ingat kata Aa Gym yang pernah juga jadi praktisi poligami, jagalah hati!
Artinya menjaga perasaan kedua istrinya itu.
Jika tak mampu, tadinya mau memburu nikmat malah dunia rumahtangganya serasa mau kiamat.
Istri tua dan istri muda berantem melulu karena suami hanya adil di mulut belaka.
Seperti Sutan Marajo ini contohnya. Punya dua bini, yang satu di Malalak Barat, satunya lagi di Bukit Tinggi.
Karena Halimah, 36, yang di Bukit Tinggi jauh lebih muda dan kenceng, dia lebih banyak tinggal di sono.
Aturan “piket” masing-masing 3 hari, sama sekali tak berlaku.
Dalam sebulan, paling seminggu di bini tuanya di Malalak, yang tiga minggu ngrendem di Halimah di Bukit Tinggi.
Tentu saja Nurhayati jadi kesepian, karena jarang dipiketi suami. Pasokan uang pun juga tak sederas bini yang disanding tiap hari.