"Aku udah pernah tiga kali kabur. Pulang ke rumah. Tapi sama bapak dianter lagi," ucapnya.
Makin lama ia merasa tak kerasan bertahan di Pesantren dan pada Maret tahun 2019, ia kembali kabur dari pesantren dan pulang ke rumah.
Anak kedua dari tiga bersaudara itupun kena ocehan secara bertubi-tubi dari ayah dan ibunya yang memang sangat religius.
Setiap hari, S pun selalu mengurung diri di kamar, semua yang dia lakukan tampak salah di mata keluarganya.
Tak mau terlalu lama terpuruk, kemudian melalui chat Facebook, ia menghubungi teman perempuan semasa SMP yang merantau di Cikarang, Jawa Barat.
S meminta temannya mencarikan pekerjaan di sana agar ia bisa menata hidupnya lagi.
"Temen SMP itu kalau lihat di Facebook kayaknya udah sukses gitu. Dia ngakunya kerja SPG di mall. Terus katanya ada lowongan SPG," ucap S.
Mendapat tawaran menarik dari temannya, S membulatkan tekad untuk kabur dari rumah dan menyusul temannya di Cikarang.
Sabtu pagi sekira pukul 07.00 WIB, S pamit membuang sampah ke pinggir sungai pada ibunya.
Namun, itu hanya alasan S untuk kabur dari rumah dimana saat itu ia hanya mengenakan baju tidur.
Dirinya hanya membawa dua setel baju yang disembunyikan di dalam plastik sampah warna hitam.
Saat itu ia hanya memiliki uang Rp150 ribu untuk ongkos lari ke Cikarang.