Mengungkap Mutiara Terpendam Potensi Wellness Tourism di Indonesia

Kamis 18 Nov 2021, 23:14 WIB
dr. Andry Edwin Dahlan. (dokumen pribadi)

dr. Andry Edwin Dahlan. (dokumen pribadi)

Wellness Tourism Memiliki Multiplier Effect Besar

Lebih lanjut Andry menjelaskan wellness tourism ini memiliki multiplier effect yang menjangkau seluruh aspek lantaran bisa pula menghidupkan pemberdayaan lokal seperti menyediakan healthy food (makanan sehat) yang disediakan oleh masyarakat setempat.

"Wellness tourism ini tidak seperti general turis yang harus pergi ke sekian tempat dalam satu waktu. Tapi mereka biasanya  bundling ke beberapa tempat lalu balik lagi ke tempat yang awal agar tercapai wellness-nya," ujar Andry sambil membandingkan pendapatan yang diterima dari general tourism hanya sepertiga dari wellness tourism.

Andry menyebut, peningkatan ini terkait dengan besarnya uang yang dibelanjakan wisatawan yang berdampak pada peningkatan pemasaran berbagai produk dan jasa serta peningkatan lapangan kerja di negara tujuan wisata.

Sayangnya, dengan potensi yang dimiliki Indonesia tidak dibarengi dengan kerja sama yang baik antara pemerintah terkait, sumber daya manusia, serta masyarakat setempat. Ini bisa dibuktikan dengan digelarnya acara tahunan, Global Wellness Summit nama Indonesia tidak pernah dijadikan target tujuan wisatawan.

"Indonesia tidak pernah masuk dalam incaran negara-negara tujuan dunia. Yang masuk selalu Malaysia dan Thailand. Padahal kalau ke sana, mereka menyiapkan minuman herbal itu dari Indonesia. Jika ke medical spa, bahan non-edible (tidak dapat dikonsumsi) untuk lulur, lotion serta essential oil semuanya dari Indonesia," kata Andry. 

Semua itu kemungkinan besar, kata Andry, disebabkan  para ilmuwan negara tersebut menulis jurnal ilmiah mengenai wellness tourism sehingga dikenal di negara luar dan dijadikan negara rekomendasi dalam acara tahunan tersebut.

Pada 2012 melalui Menteri Kesehatan dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah membuat nota kesepahaman (MoU) untuk meningkatkan wellness tourism yang diharapkan mampu  meningkatkan keberhasilan pembangunan pariwisata dan kesehatan termasuk wisata kesehatan. 

“Tapi hingga kini gaungnya justru tidak terdengar sama sekali,” ujar pria lulusan Fakultas Kedokteran Unpad Bandung yang telah berkecimpung di dunia wellness tourism, dan telah berkeliling Indonesia serta melakukan data mengenai keanekaragaman hayati di setiap daerah dalam lima tahun terakhir. 

Andry juga memberikan contoh hasil perjalanannya itu salah satunya Bukit Peramun yang terletak di Belitung.

"Di sana ada hutan kecil, begitu kita verifikasi, kita membuat daftar bahwa ditemukan lebih dari 200 tanaman berkhasiat obat. Lalu kita perkecil sehingga ada 10 tanaman, lalu kita produksi menjadi minuman kesehatan, lulur, spa dan essential oil," bebernya.

Masalah yang ada di Indonesia hingga gaung wellness tourism ini tidak terdengar lantaran tidak adanya sinergi.

Berita Terkait
News Update