dr. Andry Edwin Dahlan. (dokumen pribadi)

Travel

Mengungkap Mutiara Terpendam Potensi Wellness Tourism di Indonesia

Kamis 18 Nov 2021, 23:14 WIB

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Indonesia merupakan salah satu tujuan wisata banyak diminati masyarakat.

Selain keanekaragaman tradisi dan budaya, Indonesia memiliki kekayaan herbal yang bisa dijadikan terapi atau obat atau jejamuan juga pelayanan kesehatan tradisional. 

Salah satu upaya pelayanan kesehatan tradisional adalah wellness tourism yang berpotensi untuk pengembangan wisata kesehatan.

Menurut data yang dirilis situs-situs primary traveler seperti Yovada, Queen of Retreats, dan Book of Yoga Retreats pada 2018, disebutkan bahwa pasar wellness tourism di Indonesia  mampu meraup sebanyak US$44 juta (setara Rp626 miliar) lantaran memiliki spot wellness yang dibutuhkan turis mancanegara.

Dan para turis bule ini menghabiskan uang untuk sekali perawatan rata-rata US$1500-1600. Ini tentu potensi yang menggiurkan.

"Jadi wellness tourism ini adalah quality tourism dilihat dari length of stay (lamanya tinggal). Karena dalam program diharuskan menginap paling tidak selama seminggu," kata dr. Andry Edwin Dahlan, seorang Wellness Tourism Expert dalam Live Instagram Asah Kebaikan bertajuk Trend Terkini Wellness Tourism.

Andry menyebut, wellness tourism mulai jadi tren pada akhir 2020 di masyarakat, yakni, mereka tidak hanya ingin hidup enak melainkan juga dying well atau meninggal dalam kondisi berkualitas.

“Jadi, kita nggak harus sakit-sakitan menderita di rumah sakit terus sampai meninggal,” ujarnya.

Kondisi tersebut bukan hal mustahil, bahkan untuk orang yang telah mengalami penyakit tertentu.

Bisa dibilang, wellness tourism merupakan konsep orang sehat pergi ke suatu tempat dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatannya, pencegahan penyakit dan rehabilitasi pasca sakit.

“Wellness tourism diartikan sebagai aktivitas kesehatan tanpa menggunakan pisau (bedah),” ujar Andry.

Masyarakat mungkin belum terlalu familiar dengan wellness tourism dibandingkan medical tourism.

Namun sejatinya, keduanya menginduk pada health tourism.

“Bedanya, kalau medical tourism umumnya pergi ke suatu tempat dalam skala nasional maupun internasional dalam upaya kuratif atau pengobatan. Wellness tourism merupakan langkah untuk memperoleh kesehatan secara holistik, sosial maupun konsep spiritualnya,” beber Andry. 

Konsep kesehatan holistik tidak lain dari kata well yang diambil dari wellbeing dan ness dari fitness.

Wellness Tourism dapat dilakukan dengan berbagai cara dengan tujuan well.

“Nah, ini sebenarnya konsep holistik gaya Timur. Oleh karena itu, konsep holistik wellness itu banyak berkembang di negara-negara yang menganut budaya Timur, pengobatan Timur. Sekarang ini, orang banyak trennya meditasi,” ujar Head of Project Indonesia Medical & Health Tourism yang dikembangkan oleh PT Medical Advance Indonesia.

Andry menjabarkan, di Indonesia, wellness tourism dilakukan di alam karena potensi alam Indonesia luar biasa besar. Dia mencontohkan, pemanfaatan hutan untuk wellness tourism telah dikenal di Jepang yaitu Shinrin-Yoku(forest bathing) sejak, 1982.

“Mereka mengemas dalam hutan kecil. Peserta yang ikut tidak boleh melakukan workout (olahraga) keras. Mereka hanya berjalan, melakukan keheningan, merasakan energi tumbuh-tumbuhan masuk ke dalam tubuh ditambah gerakan olah napas,” tutur Andry.

Terapi ini mempu mengurangi stres dan berdampak pada peningkatan hidup yang sejahtera. 

Dia menambahkan, dari beberapa riset kedokteran menyatakan bahwa wellness tourism mampu meningkatkan metabolisme tubuh karena adanya keterlibatan plant energy (energi tumbuh-tumbuhan).

Beberapa manfaat yang bisa dipetik, yaitu tekanan darah menurun, kadar gula darah menurun, tubuh terisi penuh energi dan recharging energy.

“Nah, itu ada beberapa risetnya,” ujar dokter yang menekuni wellness tourism 5 tahun yang lalu.

Andry menekankan, wellness tourism ada bukti ilmiahnya.

Hal ini yang telah dilakukannya beberapa tahun belakangan, Andry menggabungkan wisata alam/geowisata dan melakukan program wellness.

“Orang-orang dapat rechange energy dengan melakukan wellness tourism. Dan beberapa peserta yang kita tanya setelah itu, efektifitas kerjanya meningkat. Itu tujuannya ke sana,” terangnya.

Potensi Wellness Tourism Indonesia Besar

Andry menyampaikan, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan wellness tourism.

Di antaranya, Indonesia memiliki 127 gunung berapi yang di dalamnya mengandung geothermal atau sumber mata air panas bumi. 

“Geothermal ini memiliki efek kesehatan. Di beberapa Onsen atau tempat berendam sumber air panas di Jepang sudah ada riset bahwa berendam di sumber air panas dapat meningkatkan kelancaran aliran darah. Selain itu, pembuluh darah menjadi rileks sehingga tekanan darah ikut turun. Manfaat lainnya, beberapa penyebab kelelahan, seperti asam laktat, bisa pecah. Kemudian berendam di sumber air panas juga membangkitkan serotonin atau hormon anti stres yang membuat happy,” bebernya.

Bahkan sejumlah geothermal di Indonesia memiliki manfaat lain. Dalam perjalanannya, Andry menemukan geothermal di Belitung yang mengandung selenium.

Dalam media, mineral selenium banyak digunakan untuk anti aging medicine atau peremajaan.

Selenium juga bermanfaat dalam perawatan sakit sendi/artritis maupun rematik atau radang sendi.

“Belum semua kita mapping. Kalau kita menemukan sumber mineral lain dari rangkaian geothermal, kita bisa buat satu geothermal center untuk geothermal therapy,” ujar dia.

Andry mencontohkan New Zealand yang menjadi kunjungan dunia untuk berendam di air panas dan air mineral. Banyak turis melakukan wellness tourism di geothermal di New Zealand untuk menyembuhkan kelainan saraf, kelainan pasca stroke maupun lansia yang mengalami kesulitan berjalan. 

Wellness Tourism Memiliki Multiplier Effect Besar

Lebih lanjut Andry menjelaskan wellness tourism ini memiliki multiplier effect yang menjangkau seluruh aspek lantaran bisa pula menghidupkan pemberdayaan lokal seperti menyediakan healthy food (makanan sehat) yang disediakan oleh masyarakat setempat.

"Wellness tourism ini tidak seperti general turis yang harus pergi ke sekian tempat dalam satu waktu. Tapi mereka biasanya  bundling ke beberapa tempat lalu balik lagi ke tempat yang awal agar tercapai wellness-nya," ujar Andry sambil membandingkan pendapatan yang diterima dari general tourism hanya sepertiga dari wellness tourism.

Andry menyebut, peningkatan ini terkait dengan besarnya uang yang dibelanjakan wisatawan yang berdampak pada peningkatan pemasaran berbagai produk dan jasa serta peningkatan lapangan kerja di negara tujuan wisata.

Sayangnya, dengan potensi yang dimiliki Indonesia tidak dibarengi dengan kerja sama yang baik antara pemerintah terkait, sumber daya manusia, serta masyarakat setempat. Ini bisa dibuktikan dengan digelarnya acara tahunan, Global Wellness Summit nama Indonesia tidak pernah dijadikan target tujuan wisatawan.

"Indonesia tidak pernah masuk dalam incaran negara-negara tujuan dunia. Yang masuk selalu Malaysia dan Thailand. Padahal kalau ke sana, mereka menyiapkan minuman herbal itu dari Indonesia. Jika ke medical spa, bahan non-edible (tidak dapat dikonsumsi) untuk lulur, lotion serta essential oil semuanya dari Indonesia," kata Andry. 

Semua itu kemungkinan besar, kata Andry, disebabkan  para ilmuwan negara tersebut menulis jurnal ilmiah mengenai wellness tourism sehingga dikenal di negara luar dan dijadikan negara rekomendasi dalam acara tahunan tersebut.

Pada 2012 melalui Menteri Kesehatan dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah membuat nota kesepahaman (MoU) untuk meningkatkan wellness tourism yang diharapkan mampu  meningkatkan keberhasilan pembangunan pariwisata dan kesehatan termasuk wisata kesehatan. 

“Tapi hingga kini gaungnya justru tidak terdengar sama sekali,” ujar pria lulusan Fakultas Kedokteran Unpad Bandung yang telah berkecimpung di dunia wellness tourism, dan telah berkeliling Indonesia serta melakukan data mengenai keanekaragaman hayati di setiap daerah dalam lima tahun terakhir. 

Andry juga memberikan contoh hasil perjalanannya itu salah satunya Bukit Peramun yang terletak di Belitung.

"Di sana ada hutan kecil, begitu kita verifikasi, kita membuat daftar bahwa ditemukan lebih dari 200 tanaman berkhasiat obat. Lalu kita perkecil sehingga ada 10 tanaman, lalu kita produksi menjadi minuman kesehatan, lulur, spa dan essential oil," bebernya.

Masalah yang ada di Indonesia hingga gaung wellness tourism ini tidak terdengar lantaran tidak adanya sinergi.

"Belum ada arah yang jelas untuk memulai membuat data potensi keanekaragaman hayati di Indonesia. Juga belum adanya kerja sama antara komunitas masyarakat setempat serta belum ada kerja sama siapa yang akan membina mereka,” ujarnya. 

Dia menyarankan, sebaiknya institusi pemerintah bisa saling bersinergi dan berkolaborasi untuk mengoptimalkan wellness tourism di Tanah Air.

“Kalau semua dilakukan dalam musyawarah forum group discussion, kita bisa kembangkan potensi desa sehingga memiliki produk unggulan. Nah itu bisa dijadikan sebuah paket kesehatan," pungkas Andry. (*/mia)

Tags:
Wisata Indonesiadr. Andry Edwin Dahlan

Administrator

Reporter

Administrator

Editor