JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Dalam menjalankan suatu hubungan tidak selamanya akan berjalan lancar.
Terkadang ada saja batu kerikil didalam hubungan. Permasalahan bisa saja timbul dari pihak luar dan juga dari orang yang menjalani hubungan tersebut.
Mulanya hubungan itu berjalan dengan baik, lalu dihadapkan dengan hubungan yang tidak sehat atau yang sering disebut toxic relationship.
Sebenarnya apa sih toxic relationship? Jadi toxic relationship atau hubungan beracun dimana hubungan tidak sehat yang dapat berdampak buruk dari sisi fisik maupun mental seseorang.
Toxic relationship bukan hanya terjadi pada sepasang kekasih yang masih pacaran atau sudah menikah saja, tetapi dalam pertemanan bahkan dalam keluarga pun bisa terjadi.
Namun walaupun sudah mengetahui kalau ia mengalami toxic relationship, masih banyak yang bertahan dihubungan tersebut. Lalu sebenarnya kenapa masih bertahan di hubungan toxic relationship?
Terlalu cinta
Merupakan alasan yang paling umum untuk bertahan dalam hubungan toxic. “Cinta itu buta” kalimat yang menggambarkan ketika seseorang terlalu cinta terhadap sesorang sehingga apapun yang dilakukan orang yang ia cintai tidak akan pernah salah dimatanya. Walaupun sering diberi tahu orang sekitar bahwa hubungannya sudah tidak sehat lagi, tetapi ia tetap bertahan dan bahkan menyalahkan dirinya sendiri atas perilaku pasangannya yang toxic.
Takut kehilangan
Karena terlalu cinta tersebut menimbulkan rasa ketakutan kehilangan. Ia takut jika orang tersebut akan pergi meninggalkannya. Memutuskan hubungan hingga memutuskan komunikasi antara mereka berdua. Apalagi ketika sudah menjalani hubungan dalam waktu yang lama, membuat tidak bisa lepas dari si dia. Dan menganggap lebih baik tersakiti dibanding harus kehilangan orang yang ia cintai.
Ada seseorang yang menjadi alasan untuk bertahan
Untuk yang sudah menikah, anak adalah seseorang yang menjadi alasan utama untuk tetap bertahan dalam toxic relationship. Mempertimbangkan nasib anaknya kedepan, takut anaknya kurang kasih sayang dan mempertimbangkan juga urusan finansial.
Takut dengan omongan orang lain
Omongan orang lain acapkali sering mempengaruhi kita. Misalnya “ih kan pacarannya udah lama sayang tau kalau sampai putus. Jarang loh ada yang mau menerima kamu apa adanya. Lagian kalau putus emang engga capek kenalan sama orang baru lagi” yang membuat kita takut mengambil keputusan dan terus bertahan di hubungan yang sebenarnya sudah tidak layak dilanjutkan. Atau takut di nyinyir dan dilabelling janda atau duda ketika bercerai.
Percaya suatu saat dia akan berubah
Setiap orang memiliki harapan demi lancarnya suatu hubungan. Ia tanam dipikirannya bahwa suatu saat pasangannya akan berubah menjadi untuk tidak menyakiti. Nyatanya tidak semudah itu orang berubah kalau dari dalam dirinya tidak tergerak hatinya untuk berubah. Menaruh harapan tersebut sering kali membuat lebih buruk dan akan terus menambah masalah yang ada.
Menganggap harga dirinya rendah
Tidak percaya diri, menganggap diri sendiri tidak akan diterima oleh orang lain selain dia, merasa tidak pantas untuk siapapun. Padahal setiap orang memiliki kekurangan masing-masing dan kekurangan tersebut tidak akan menjadi nilai minus kita kalau dihadapkan oleh orang yang tepat.
Konsep cinta yang salah
Melihat disekelilingnya menjalani toxic relationship namun tetap dapat terus berjalan. Sehingga terbiasa dengan hal yang dapat merugikan mental dan fisik dan menganggapi hal itu adalah hal yang wajar. Sebagian orang membetulkan sifat posesif yang berlebih boleh dilakukan, karena katanya posesif itu tandanya sayang dan peduli terhadap pasangan. (Ajeng Puspita Anggrainy)