Spontanitas Doni tadi benar-benar menghanyutkan suasana. Lebih dari itu, sangat menyentuh hati para dokter dan mahasiswa kedokteran yang mengikuti acara itu, baik langsung maupun secara daring.
Kuliah umum “Lingkungan yang Sehat untuk Tubuh yang Sehat” diawali Doni dengan sentuhan aspek spiritual.
“Selama ini kita banyak mendapatkan pencerahan dari para ustadz dan guru-guru agama kita, mengenai hablum minallah dan hablum minannas. Masih ada satu hal lagi yang tidak boleh kita lupakan, yaitu hablum minal alam. Manusia harus menjaga keseimbangan hubungan dalam hidupnya. Baik kepada Tuhan, kepada sesama, juga kepada alam atau lingkungan,” ujar pria berdarah Minang kelahiran Cimahi, Jawa Barat itu.
Persoalan kesehatan dan lingkungan, sudah ada sejak awal peradaban manusia. Kini, persoalan berkembang semakin kompleks. Termasuk di bidang kesehatan, seperti adanya wabah Covid-19. Meski kalau kita buka buku sejarah, kita pernah mengalami pandemi flu Spanyol tahun 1916-1917, kira-kira seabad lalu. “Apakah ini siklus alam?” tanya Doni.
Saat terjadi wabah flu Spanyol, bangsa kita masih dalam cengkeraman penjajahan. Dari dokumen yan ada, korban di Hindia Belanda mencapai 13 persen dari populasi penduduk. Angkanya, sekitar 4 juta meninggal dunia, dari 35 juta penduduk saat itu. Korban terbesar ada di Madura dan Jawa Timur. Di susul Sunda Kecil (Bali dan Nusa Tenggara, saat ini).
Selain Flu Spanyol, kita juga pernah mengenal wabah lain seperti kolera, disentri, cacar, dan lain-lain. Kini, selain Covid-19, dunia kesehatan juga menghadapi lonjakan angka autis dan stunting.
“Khusus stunting, ini adalah tantangan kita bangsa Indonesia bagaimana menguranginya,” kata Doni.
Persoalan lain, adalah ketimpangan jumlah dokter. Kelihatannya Indonesia memiliki banyak dokter. Tetapi jika dihitung rasio menurut standar WHO yakni 1 orang dokter untuk 1.000 penduduk.
Di Indonesia, hanya DKI Jakarta saja yang mendekati rasio tersebut, yaitu 1:1.765 jiwa.
“Akan tetapi di luar Jawa, rasionya masih satu berbanding lima ribu jiwa lebih. Apalagi kalau kita pergi ke daerah terpencil, bisa dipastikan tidak ada dokter di sana,” kata Doni yang 50 persen karier militernya dihabiskan di medan operasi.
Kelor dan Ikan Gabus
Kembali ke persoalan stunting, Doni menyebut alternatif penanganan yang sebenarnya bisa dilakukan. Antara lain melalui perbaikan lingkungan, sanitasi, dan gizi wanita di saat hamil, secara bersamaan.