Keroncong Tugu Cafrinho, Warisan Portugis yang Masih Eksis

Minggu 07 Nov 2021, 08:14 WIB
Keroncong Tugu Cafrinho, Warisan Portugis yang Masih Eksis. (foto: ist)

Keroncong Tugu Cafrinho, Warisan Portugis yang Masih Eksis. (foto: ist)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Siapa yang tak kenal musik keroncong. Meski sejak era kemerdekaan hingga saat ini, tak setenar genre rock dan pop, namun musik keroncong memiliki sejarah yang panjang di Tanah Air.

Musik yang sudah berkembang sejak tahun 1600-an tersebut sudah sangat lekat di telinga masyarakat Indonesia.

Namun tahukah anda, jika di Jakarta musik keroncong telah populer sejak awal kemunculannya pada tahun 1600-an?

Keroncong Tugu bisa dibilang sangat berjasa memopulerkan musik tradisional bangsa Portugis yang pertama kali membawa genre tersebut ke Indonesia.

Keroncong Tugu pertama kali muncul di Jakarta pada tahun 1661 melalui para tawanan Portugis yang ditahan oleh Belanda.

Mulanya ketika Malaka yang dikuasai Portugis jatuh ke tangan Belanda pada 1641, ratusan tawanan Portugis diasingkan ke Batavia.

 

Kegiatan Keroncong Tugu Cafrinho sebelum pandemi Covid-19. (foto: ist)

Dari ratusan tawanan tersebut, pada tahun 1661, sebanyak 23 keluarga diberi hak kemerdekaan dan tinggal tanpa membayar pajak oleh penjajah Belanda di Batavia.

Saat itu para tawanan portugis diberi lahan seluas puluhan hektar di Kampung Tugu.

Sejak saat itu, 23 keluarga Portugis hidup dari bercocok tanam di lahan yang saat itu masih berupa rawa-rawa yang diberikan Belanda.

Di kawasan yang saat ini masuk wilayah Kecamatan Koja, Jakarta Utara itulah para tahanan ini membangun komunitas yang kini dikenal sebagai orang Kampoeng Toegoe dan tentunya ini merupakan cikal bakal dari perkumpulan Keroncong Tugu.

Selama hidup di sana, mereka merasa kesepian karena jauh dari kota. Karena pada saat itu, untuk dapat menikmati hiburan mereka harus berjalan kaki dengan jarak tempuh yang cukup jauh dan melalui hutan lebat, ke area yang saat ini menjadi kawasan Kota Tua.

Karena itu, mereka membuat alat musik sendiri yang dibuat dari batang kayu bulat, dari beberapa jenis kayu antara lain pohon nangka, kenanga, dan waru.

Mereka membuat gitar kecil menyerupai tapakkunyo, alat musik tradisional Portugis yang mereka sebut alat kreasinya, macina.

 

Keroncong Tugu Cafrinho yang terus beregenerasi. (foto: ist)

Ratusan tahun berlalu, warga yang dulunya tahanan Belanda pun telah berkembang.

Pada saat itu Yosep Quiko mengajak para pemuda untuk memainkan musik dan terbentuklah Himpunan Orkes Poesaka Krontjong Moresco Toegoe, pada tahun 1925.

Pada tahun 1925 itulah Orkes Keroncong Tugu resmi berdiri.

Generasi Tak Terputus

Sepuluh tahun kemudian, pada tahun 1935, himpunan ini dialih kelolakan kepada adiknya yang bernama Jacobus Quiko.

Tonton juga video "Olah TKP Tabrak Lari Libatkan Pejabat BUMN, Polisi Gunakan TAA di 6 Titik". (youtube/poskota tv)

Mulai tahun 1950 himpunan keroncong ini semakin menunjukkan pakem dan gaya permainan yang menjadi ciri khas Keroncong Tugu.

Hingga saat ini, Keroncong Tugu yang telah turun kepemimpinannya ke generasi 4 masih eksis menghibur masyarakat.

Dari manggung di kota, provinsi hingga luar negeri seperti di Belanda, Jepang dan beberapa negara di Asia Tenggara sudah pernah dilakoni oleh grup musik yang saat ini bernama Keroncong Tugu Cafrinho.

Bisa dibilang hingga saat ini regenerasi Keroncong Tugu sangat apik dan rapi sehingga tak terputus di satu generasi.

Bahkan, Keroncong Tugu Cafrinho saat ini sudah menyiapkan bibit unggul dari bermacam latar belakang keluarga untuk ikut melestarikan musik yang sudah ada dari zaman baheula tersebut. (yono/yo)

Berita Terkait

News Update