JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Wakil Presiden (Wapres) KH Ma'ruf Amin mengingatkan bahaya algoritma kurasi. Dimana membuat seseorang atau kelompok hanya meyakini informasi yang didapatnya sebagai kebenaran tunggal.
"Sementara kelompok lain berpedoman pada kebenaran yang diyakini kelompoknya sendiri," terang Wapres saat memberikan orasi ilmiah dalam rangka Dies Natalis ke-7 Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Kalimantan Timur di Grand Ballroom Hotel Bumi Senyiur Samarinda, Selasa (2/11/2021).
Wapres menegaskan kemajuan teknologi informasi membuka berbagai peluang baru untuk memperbaiki kehidupan manusia. Namun di sisi lain, perkembangan teknologi informasi juga membawa tantangan dan risiko.
Menyikapi hal tersebut, lembaga pendidikan termasuk perguruan tinggi, harus memberikan fondasi yang kuat terhadap peserta didik agar bijak dalam menyikapi derasnya arus informasi yang terjadi.
“Perguruan tinggi sebagai tahap akhir pendidikan formal seyogianya dapat membekali mahasiswa untuk senantiasa berpikir kritis dalam menyikapi arus informasi, dengan berpegang teguh pada akidah, akhlak, dan ilmu pengetahuan,” tutur K. H. Ma’ruf Amin.
Lebih lanjut Wapres menyampaikan, salah satu bekal yang penting diberikan adalah sikap kritis melalui penguatan moral dan karakter.
"Pendidikan karakter tidak bisa dilepaskan dari agama sebagai sumber pembentukan etika-moral (akhlak), baik yang berupa sifat-sifat yang berdimensi moral, seperti sifat jujur, adil dan toleran, maupun sifat-sifat yang berdimensi kinerja seperti kreatif, inovatif dan kerja keras,” ungkap Wapres.
Wapres pun menekankan, pembangunan moral dan karakter memerlukan upaya yang konsisten. Sehingga, pembekalannya harus ditanamkan sejak dini.
"Membangun karakter tidak dapat dilakukan secara instan, tetapi harus dilatih dan dibina secara terus menerus, sehingga tumbuh nilai-nilai kebangsaan dan rasa cinta kepada tanah air, serta harus dimulai sejak dini,” tegas Wapres.
Wapres menambahkan karakter kebangsaan penting untuk menangkal nilai-nilai yang tidak sesuai dengan Pancasila.
"Nilai-nilai yang bertentangan dengan Pancasila tersebut saat ini dapat dengan mudah kita lihat, dengar atau baca karena kemajuan teknologi,” tambahnya. (johara)