JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Perubahan iklim atau global warning yang terjadi di Indonesia, menyebabkan sulitnya Pemerintah Daerah (Pemprov) menentukan sejumlah titik banjir yang terjadi di Ibukota saat ini.
Hal itu, sebagaimana diungkapkan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan saat memimpin Apel Kesiapsiagaan Menghadapi Musim Hujan di Lapangan Silang Monas, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (13/10/2021).
"Ini yang menyebabkan kita tidak bisa menentukan titik-titik mana yang akan terjadi banjir. Karena hujannya bisa terjadi secara ekstrim di berbagai lokasi," ucap Anies.
Dijelaskannya, kapasitas drainase atau saluran di Jakarta saat ini hanya bisa menampung 100 meter kubik per hari. Bila volume hujan yang turun masih dalam kapasitas itu, maka sistem drainase DKI masih sanggup menampung volume air di dalam saluran.
"Tapi bila hujan turun seperti kemarin, turun 370 milimeter turun dalam waktu lima jam, maka bisa dibayangkan itu volume air yang turun banyak yang amat singkat itu ekstrim," ujarnya.
Anies mengungkapkan, penyebab utama banjir atau tidaknya Jakarta sangat bergantung pada volume hujan yang turun dan kiriman banjir dari hulu 13 sungai di DKI. Karena itu, dia mengajak masyarakat untuk mengantisipasi semua kemungkinan yang ditimbulkan akibat hujan yang tak terprediksi itu.
"Karena itu saya ajak seluruh masyarakat Jakarta untuk mengantisipasi tentang curah hujan. Kita kalau ada gempa bumi biasanya tanya berapa skala richter. Kalau hujan tidak tanya berapa milimeter. Padahal yang menentukan banjir apa tdk hujan adalah milimeter curah hujan," katanya.
Nah, untuk memudahkan pengitungan curah hujan di DKI, Anies mengklaim telah memasang alat ukur curah hujan di 267 kelurahan di Ibukota. Sehingga dengan begitu, pihaknya bisa mengukur lebih tepat curah hujan yang turun di Jakarta di musim anomali.
"Semula kita hanya punya kurang dari sepuluh. di setiap kelurahan ada alat ukur curah hujan. Sehingga kita tau persis pada saat ini kondisi hujan seperti apa. Ini dalam rangka mengantisipasi karena pola hujannya tidak lagi sama," ungkapnya. (deny)