LEBAK, POSKOTA.CO.ID - Suku Baduy merupakan suku adat yang tinggal dipelosok daerah Kabupaten Lebak, tepatnya di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.
Mereka dikenal dengan keteguhannya dalam menjaga alam, tradisi, dan budaya yang telah turun temurun mereka wariskan dari nenek moyangnya.
Jaraknya yang hanya sekitar 160 Kilometer dari pusat ibu Kota Jakarta, telah membuat Baduy sering dijadikan tempat riset oleh kalangan peneliti yang berasal dari elemen pelajar dan mahasiswa.
Mereka tertarik akan kebudayaan yang ada di wilayah Adat yang kondisinya masih asri itu. Sehingga mereka rela untuk melakukan tracking untuk sekedar menikmati pemandangan dan udara yang masih asri itu.
Terlebih, Baduy juga memiliki berbagai kerajinan tangan khas mereka yang wajib menjadi buah tangan seperti pakaian Kampret, Tas Koja, Ikat kepala alias lomar, dan juga kain tenun khas rajutan para pengrajin.
Selain itu, Baduy yang kaya akan sumber daya alamnya itu juga memiliki hasil alam yang juga wajib menjadi buah tangan para wisatawan, seperti durian, madu hutan, dan juga gula aren.
Durian Baduy sangat terkenal dengan citra rasa yang manis dan unik. Sehingga tidak aneh jika para wisatawan rela jauh-jauh pergi dari Jakarta ke Baduy hanya untuk mencicipi durian Baduy itu.
Harganya juga cukup murah, mulai dari Rp30 ribu hingga Rp70 ribu saja. Bahkan, wisatawan bisa mendapatkan harga khusus yang lebih murah jika memborong langsung ke lokasi.
"Tadi saya beli durian yang kecil, harganya Rp30 ribu. itu rasanya manis banget. Engga kapok walau harus jauh-jauh dari Tanggerang," kata Sinta, wisatawan asal Tanggerang.
Menurutnya, rasa durian di Baduy memiliki rasa yang unik yang beda dengan durian lainnya.
"Tekstur dagingnya lembut, dan rasa yang sangat manis, sehingga layak menjadi buruan para pecinta durian," katanya.
Sementara itu, Andi wisatawan asal Jakarta mengaku membawa pulang madu dan gula aren sebagai oleh-oleh, hasil perjalanannya di wilayah suku adat baduy.
Menurutnya, madu di Baduy sendiri bisa dijamin keasliannya dan khasiatnya, sehingga dirinya rela menempuh waktu berjam-jam perjalanan dari Jakarta ke Baduy hanya untuk membeli madu Baduy.
"Saya sering ke sini, biasanya sama rombongan. Di sini itu lebih tenang, jadi cocok banget buat healing dari kerjaan kantor," katanya.
Dirinya pun berharap keasrian di wilayah Adat Baduy dapat terus terjaga khususnya dari sampah-sampah.
"Sayang banget kalau wilayah adat ini dikotori sama sampah-sampah plastik. Makanya saya mohon kepada para wisatawan lainnya jangan sampai membuang sampah sembarangan," pungkasnya. (Kontributor Banten/Yusuf Permana)